Mohon tunggu...
amanda reisita
amanda reisita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswi Telkom University

Selanjutnya

Tutup

Seni

Batik Pekalongan, Keindahan Motif dan Kearifan Budaya yang Tak Tergantikan

14 November 2023   19:22 Diperbarui: 14 November 2023   19:30 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pekalongan yang biasa dijuluki dengan “Kota Batik” adalah kota yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah, kota tersebut dianggap sebagai salah satu pusat batik terkenal di Indonesia. Batik Pekalongan memiliki keunikan tersendiri dalam corak dan motifnya, yang membedakan dengan batik lainnya. Corak khusus ini sebagai hasil dari akulturasi budaya di Pekalongan. Akulturasi budaya yang mampu memperlihatkan kreativitas   dalam dinamika perkembangan batik Pekalongan yang lestari hingga kini. Adanya perbedaan latar belakang budaya, juga menyebabkan terbentuknya corak batik yang berbeda-beda. Variasi etnis di antara para perajin batik akhirnya menciptakan beragam motif, yang pada gilirannya memperkaya ragam corak batik yang dihasilkan. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai batik Pekalongan. Fokus penelitian difokuskan pada pembahasan tentang motif-motif batik yang secara khas dipengaruhi oleh keberagaman etnis, seperti Jawa, Cina, dan Belanda.

Mari kita telaah sedikit sejarah dari batik Pekalongan. Jika kita mengamati riwayat kerajinan ini, batik Pekalongan telah ada sejak masa kejayaan Kerajaan Majapahit, kira-kira pada abad ke-19. Pada periode tersebut, kain batik umumnya hanya dikenakan oleh anggota keluarga kerajaan dan para pengabdi di istana. Lalu seiring berjalannya waktu, batik semakin dikenal oleh banyak masyarakat yang pada akhirnya, batik menjadi pakaian umum yang dipakai oleh Masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Saat ini, Batik Pekalongan menjadi bagian dari warisan Nusantara yang perlu dijaga keberlanjutannya. Hubungan erat antara seni batik dan kehidupan sehari-hari tampak jelas, meskipun dimulai dari lingkup seni istana dan kemudian meluas ke masyarakat umum di luar istana, termasuk mencapai daerah pesisir seperti Pekalongan. Di Pekalongan, pusat industri batik terletak di wilayah Kauman, di mana sebagian besar penduduknya memiliki keahlian yang matang dalam teknik batik, khususnya dalam logika wax-resist dyeing, seperti yang dijelaskan oleh Prasetyo pada tahun 2010.

Seni batik merupakan ekspresi kreatif dalam menghias bahan kain dengan pola menggunakan alat canting dan lilin cair. Canting berfungsi sebagai alat untuk mengaplikasikan atau menorehkan lilin yang cair dan meleleh karena dipanaskan, sehingga lelehan lilin membentuk pola dekoratif pada kain. Lapisan lilin yang diterapkan pada kain akan segera mengeras ketika terpapar udara. Lapisan ini bertindak sebagai penghalang, mencegah pewarnaan meresap ke dalam kain. Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan metode dicelup atau dilukis, walaupun metode paling umum adalah pencelupan. Teknik pewarnaan yang umum digunakan pada batik Pekalongan, yang dikenal dengan kekayaan warnanya, sering melibatkan variasi pencelupan. Setelah proses pewarnaan selesai, langkah berikutnya adalah menghilangkan lapisan lilin dengan merebus kain dalam air mendidih hingga bersih. Hasil akhirnya adalah kain yang dihiasi dengan gambar, di mana pola terbentuk melalui garis-garis dan variasi ornamen yang awalnya dihasilkan oleh lilin atau malam batik.

Batik adalah seni menggambar pada kain mori dengan menggunakan alat bernama canting. Proses pembatikan menghasilkan motif-motif beragam dan memiliki sifat-sifat khusus yang melekat pada batik itu sendiri (Hamzuri, 1994). Pada dasarnya, seni batik termasuk dalam kategori seni lukis (Djoemena, 1990). Pembuatan batik melibatkan proses pewarnaan yang dihalangi oleh lilin atau malam. Batik tidak hanya mencakup gambaran motif hias yang dihasilkan, tetapi juga melibatkan seluruh rangkaian pekerjaan dari awal pembuatan mori hingga menjadi kain batik (Susanto, 1980:5). Pentingnya penggunaan malam sebagai bahan perintang warna menjadi hal krusial dalam menentukan apakah suatu karya tekstil dapat disebut sebagai batik atau tidak.

Batik tujuh rupa, merupakan salah satu jenis batik yang dikenal khas dari Pekalongan yang cukup populer. Batik jenis ini masuk ke Pekalongan pada abad ke-19 dengan menggabungkan budaya lokal dan Tiongkok. Sejak itu, batik dari kota ini terus berkembang dan mendapatkan pengakuan. Dilihat dari motifnya, Batik Tujuh Rupa sering kali menggambarkan nuansa alam dengan menggunakan ornamen tanaman dan hewan. Melalui motif ini, para pembatik ingin mengenalkan kekayaan alam khas dari daerahnya. Melalui motif ini pula dapat kita lihat simbol akulturasi dari budaya Jawa dan Tiongkok yang dapat dilihat dari motif tumbuhan dalam motif tujuh rupa yang banyak diambil dari porselen Tiongkok (bunga lotus, bunga peony, dan lain-lain).

Tiap motif batik yang terwujud pasti memiiki arti yang tercantum dari motif itu sendiri. Demikian pula dengan batik tujuh rupa yang menyimpan makna kecakapan dan kelembutan. Motif ini menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir Jawa yang mudah beradaptasi dengan berbagai pengaruh budaya dari luar. Motif batik tujuh rupa juga memiliki makna sebagai simbol perpaduan antara budaya Jawa dengan budaya Tiongkok. Motif tujuh rupa ini menggambarkan betapa indah dan kayanya tanah Pekalongan. Penggabungan tradisi dalam motif batik tujuh rupa inilah yang memberikan keistimewaan dan daya tarik pada batik ini, menjadikannya karakteristik khas yang unik dari Pekalongan.

Pada beberapa pola batik Pekalongan yang lain, terdapat makna filosofis yang terinspirasi oleh kecantikan beragam tumbuhan dan hewan. Ini menjadikan batik Pekalongan sebagai warisan budaya yang unik, mengalami perubahan teknik dan perkembangan seiring berjalannya waktu. Selama masa penjajahan Jepang, motif batik ini secara khas mencerminkan corak motif kimono Jepang. Pada era 1960-an, batik Pekalongan mengalami perkembangan signifikan, dengan motif yang diinspirasi oleh peristiwa alam, seperti tsunami. Kemudian, berbagai suku dan budaya yang beragam diadopsi oleh masyarakat setempat, dan perpaduan ini tercermin dalam seni membatik pada setiap motif batik.

Motif-motif batik yang timbul dari berbagai latar belakang etnis telah menciptakan corak karakteristik khas batik Pekalongan, membedakannya dari corak batik di daerah lain. Namun, melalui pengamatan lebih mendalam, batik Pekalongan yang penuh warna ini menunjukkan ciri-ciri pembeda yang dipengaruhi oleh latar belakang etnis para pembuatnya. Identitas perbedaan etnis, yang tak dapat dipungkiri dalam dimensi lahiriah dan tercermin dalam kreativitas seni yang dihasilkan, dapat beriringan harmonis di tengah keragaman yang ada.

Batik Pekalongan adalah perwujudan seni dan keindahan dari Pekalongan, Indonesia. Dengan corak dan motif yang khas, serta keahlian pengrajinnya, batik Pekalongan terus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia. Batik Pekalongan menampilkan ciri khas dan karakteristik yang berbeda dengan daerah lain yang tersebar di pesisir Pulau Jawa, seperti Semarang, Lasem, Tuban, Cirebon, Garut, dan Indramayu. Perbedaan corak ini disebabkan oleh pengaruh budaya yang berasal dari berbagai etnis pembuat batik yang tinggal di daerah Pekalongan, termasuk etnis Jawa sebagai penduduk asli dan etnis pendatang seperti etnis Cina dan keturunan Belanda. Proses akulturasi budaya inilah yang menghasilkan corak batik baru, yang kemudian menjadi ciri khas batik Pekalongan secara umum. Sementara itu, di antara para produsen batik dengan latar belakang etnis yang berbeda, masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khasnya sendiri, sehingga menciptakan perbedaan corak pada produk batik yang mereka hasilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun