Assalamu'alaikum, Readers
Kebiasaan aku tuh nonton film cuma baca judulnya, liat posternya, baca pemainnya. Jarang sekali aku baca sinopsisnya apa lagi reviewnya. Paling jauh nanya yang udah nonton, "bagus ga filmnya?" Itu aja! Jadi sering banget terkecoh sama poster yang dilihat sepintas dan baca judul. Enaknya, jadi selalu ada kejutan sih. Kejutan dari film yang bagus banget sampe film yang ga banget. Tapi aku suka sih kejutan, Readers.
Baca judul fim Arthur The King, aku keingat judul film yang nyaris sama yang rilis beberapa tahun yang lalu. "Kok ada film yang nyaris sama nih? Apa remake atau gimana nih?" gitu aku mikirnya. Ternyata film ini sama sekali berbeda loh, Readers. Jadi, kita bahas tipis-tipis ya.
Arthur The King yang ceritanya diambil dari kisah nyata seekor anjing liar yang mengalami luka akibat perlakuan manusia yang mendedikasikan sisa hidupnya untuk seorang yang memberinya sebutir baso di saat dia mengalami kelaparan.
Pertemuan dan sebutir baso membuat Arthur menjadi tim adventure ricing Mike dan mengantarkan tim menjadi juara. Arthur mengikuti dan berpetualang bersama tim Mike sejauh 700 km melalui hutan, sawah, lembah, sungai dan teluk. Drama selama perjalanan jelas ada. Tapi klimaksnya pada saat finish Arthur mengalami infeksi parah pada lukanya. dan dokter setempat menyerah, dan menyarankan kepada Mike untuk menyuntik mati Arthur.
Film ini memperlihatkan kekuatan dunia sosial media untuk mendukung sesuatu yang positif dan empati para warganet. Selain itu, jujur banget, ga kebayang punya rumah ditempat seperti rumah Mike, yang depannya menghadap lembah yang hijau.
Intinya Readers, apa yang ingin disampaikan oleh difilm ini, dari mulai cerita hingga emosinya cukup nyampe sih. Rasa ngeri berada diatas ketinggian dengan jurang menganga, rasa duka dan bahagia serta haru cukup sampai ke penonton, khususnya aku sih.
Aku rasa skor 8/10 cukup lah ya.