Ada yang merasa asing dengan Asterix dan Obelix? Ada yang ga kenal sama sebuah desa kecil tak terkalahkan di dekat perkemahan tentara Romawi.Â
Bahkan Julius Cesar pun tepuk jidat menghadapi desa kecil yang tenang dan damai ini, menurut kepala suku mereka. Selalu ada alasan untuk membuat pesta pora, makan-makan dan minum-minum. Di desa kecil ini pula yang namanya pesta bisa berarti saling pukul. Desa Galia.
Beberapa komik Asterix sudah pernah di filmkan, dan kali ini yang divisulisasikan  adalah Asterix The Secret Of The Magic Potion. Selalu saja hal sepele bisa membuat seantero desa gempar.Â
Cerita dimulai saat sang dukun sakti, Panoramix (versi Indonesia) jatuh dari pohon saat mengambil bahan ramuan ajaibnya. Jatuhnya seorang dukun dari pohon merupakan masalah besar dalam perdukunan di suku Galia.Â
Dan membuat Panoramic memutuskan mencari penerus dirinya. Walau tidak disetujui semua warga desa, bujukan Pemimpin mereka pun tidak membuat Panoramix mengurungkan niatnya mencari penerus.
Dikawal Asterix dan Obelix, sang dukun pun dilepas seluruh warga desa memulai perjalanan mencari calon pengganti dukun Panoramix. Perjalanan ini menjadi sebuah perjalanan yang penuh cerita khas Asterix. Ntah kenapa, adegan yang sebenarnya sadis bisa terlihat lucu dan menghibur di film ini.Â
Bahkan perdebatan seru di beberapa adegan pun bisa berakhir ga penting. Sebaliknya topik ga penting, bisa jadi perdebatan panjang dan perkelahian seru di film dan dunia Galia. Suka gemes aku loh ama orang-orang Galia ini.
Pemanfaatan dunia digital di industri perfilman membuat film Asterix kali ini terasa berbeda, terasa lebih hidup dan lebih menarik di banding film-film sebelumnya.Â
Penggambaran desa Galia pun terasa lebih nyata. Begitu juga dengan plotnya yang mengalir dan berdinamika. Memang sih, tidak semua adegan pada koik tervisualisasikan. Tapi perwakilan yang diciptakan cukup memenuhi semua kebutuhan buat film ini siap di jual dan di gandrung, terutama bagi mereka yang sebelumnya sudah familiar dengan versi komiknya.