Dunia baru harus dirasakan oleh seorang ulama besar, Ketua Majelis Ulama Indonesia, Kiai  Haji Ma'aruf Amin setelah dirinya menerima "pinangan" Joko Widodo untuk menjadi calon wakil presiden pada pemilihan presiden yang akan dilaksanakan 19 April 2019 serentak, di seluruh wilayah Indonesia.Â
Jelas dunia politik tidak sama dengan kehidupan santri yang pernah di kecap oleh sang Kiai. Penuh intrik dan pemain sulap. Apa lagi di jaman sekarang ini, semua hal yang dilakukan oleh seseorang bisa dijadikan bahan pujian untuk mencapai popularitas, bisa juga menjadi bom yang menghancurkan nama baik.Â
Sudah bukan rahasia lagi, pemilihan presiden kali ini diwarnai berbagai cerita bohong atau hoax yang disebar melalui media sosial. Video atau rekaman pembicaraan bisa di potong dan ditempel dengan gambar atau rekaman lain, sehingga menjadi berita baru yang, bisa jadi menguntungkan, atau bahkan merugikan objek yang dituju.
"Saya dikatakan joget, padahal waktu itu saya cuma tepuk tangan. Lalu photo saya sedang cupika cupiki, itu istri saya." Begitu penjelasan Kiai Ma'aruf Amin.Â
"Kalau kita orang Islam jangan mudah percaya, kita harus tabayun, cek dan ricek. Ini enggak, begitu dapat langsung di-share, enggak pakai diperiksa dahulu benar atau tidak. Berarti kan itu ikut membantu orang yang berbuat bohong. Nah ini tantangan kita," lanjutnya.
Hoaks atau berita bohong memang menjadi momok pada pilpres kali ini. Terlalu banyak orang kreatif yang mungkin butuh penyaluran ke ranah yang lebih positif. Sehingga kreatifitas mereka menjadi positif. Dan yang penting tidak menjadi rangkaian dosa nantinya.
Sebenarnya, berita bohong dan merugikan seperti yang dialami KH. Ma'aruf Amin bisa saja pelakunya di jerat dengan pasal ITE loh. Bingung juga sih kenapa tim pemenangan atau penasehat hukum tidak menempuh jalur hukum, apa mereka menanti pengadilan yang Maha Adil saja? Agak seram ya. Kalo yang mengadili yang Maha Adil.
Tapi ternyata, Ma'ruf mengatakan, orang yang menyebar isu tersebut kini telah tobat. Pelakunya pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H