Mohon tunggu...
Amanda Galya Syachrani
Amanda Galya Syachrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Politeknik Negeri Jakarta

Saya merupakan seorang mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) yang memiliki ketertarikan dalam dunia penulisan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penyebaran Hoaks di Facebook

4 Juli 2024   13:46 Diperbarui: 4 Juli 2024   13:56 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika anda sering berselancar di aplikasi Facebook, anda harus berhati-hati dalam mengelola informasi. Pada aplikasi Facebook, mudah sekali untuk menemukan berita hoaks. 

Berita hoaks adalah berita yang sumbernya tidak jelas, berisikan informasi yang tidak benar karena telah direkayasa untuk terlihat seperti nyata adanya dan sebagai upaya untuk membolak-balik kan fakta sehingga dapat menciptakan kecemasan, kegelisahan, dan rasa benci dalam masyarakat.

Menurut Juditha, media sosial menjadi media penyebaran hoaks terbanyak serta menjadi arus dalam penyebaran hoaks, masing-masing sebesar 1,2% (radio), 5% (media cetak) dan 8,70% (televisi). Tidak hanya melalui media saja, namun hoaks sangat banyak beredar di masyarakat melalui media online.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang salah satunya yaitu Mastel, menyatakan bahwasannya media yang paling banyak digunakan untuk menjadi penyebaran hoaks adalah situs web sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebanyak 62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dll) yang merupakan media terbanyak digunakan yaitu mencapai 92,40%.

Sedangkan data yang dicatat oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi menyebutkan ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar hoaks (Juditha, Cristtiany, 2019).

Lalu mengapa penyebaran hoaks di Facebook begitu tinggi?

Mark Zuckerberg, pendiri Facebook mengakui berita palsu atau hoaks tak bisa terhindarkan di era media sosial. Facebook menjadi salah satu tempat "favorit" untuk menyebarkan berita palsu tersebut.

Populernya Facebook sebagai medium untuk menyebarkan hoaks bertalian dengan kenyataan bahwa media sosial tersebut memiliki lebih dari 2,2 miliar basis pengguna. Dengan basis pengguna yang besar, mudah bagi suatu berita bohong menyebar dengan cepat di dunia maya. Setiap berita bohong bisa disebar ke ribuan pengguna media sosial dan dikomentari dalam jumlah yang tak kalah besar.

Dalam "hoaks Distribution Through Digital Platforms in Indonesia 2018," laporan atas survei yang dilakukan pada 2.032 orang di Indonesia yang dilakukan DailySocial, Facebook menempati urutan teratas sebagai media sosial sumber informasi warga internet Indonesia pada 2018. Ada 77,76 persen responden yang mengaku memperoleh informasi dari Facebook. Unggul dibandingkan WhatsApp (72,93 persen) dan Instagram (60,24 persen). Baik WhatsApp maupun Instagram juga dimiliki oleh Facebook.

Secara menyeluruh, 53,25 persen responden mengaku sering menerima hoaks melalui media sosial. Karena Facebook merupakan media sosial utama dalam memperoleh informasi, platform ini pun didaulat 81,25 persen responden sebagai medium utama sebagai sumber hoaks.

Di Indonesia, generasi X yang lahir pada tahun 1965 hingga 1980 mudah sekali untuk terpapar berita hoaks di Facebook. Salah satunya karena Facebook sangat terkenal pada masa-masa generasi X masih berusia muda. Kurangnya literasi dan pengetahuan tentang berita hoaks menjadi salah satu penyebab generasi X mudah tertipu dan menjadi korban atas berita hoaks yang beredar. Sehingga, kepercayaan masyarakat terhadap Facebook sedikit menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun