Putus cinta memang tidak mudah dan terasa menyakitkan. Meskipun beberapa orang dapat menerima kenyataan dan cepat bangkit dari kesedihannya, namun ada pula yang sampai mengalami depresi. Ternyata, putus cinta dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mental, apalagi bila terjadi pada remaja yang masih labil.
Beberapa kali saya menemukan remaja yang depresi bahkan hampir berniat untuk bunuh diri akibat putus cinta. Mengapa demikian?
Menurut Atrup dan Anisa (2019), seseorang akan mengalami rasa kekecewaan pasca putus cinta ketika ia susah melupakan orang yang dicintainya. Saat ia tidak bisa melupakannya maka dalam dirinya akan selalu timbul rasa kecewa sehinga akan membuat pikiran dan perilaku tidak terkontrol, sehingga akan memperburuk keadaan fisik maupun mental.
Komnas perlindungan anak (PA) mengeluarkan data bahwa selama rentang waktu awal 2012 hingga Mei 2012, ditemukan 20 kasus anak bunuh diri pada usia 13-17 tahun. Mengenai penyebabnya, komnas PA menyatakan, delapan kasus bunuh diri anak atau remaja disebabkan oleh putus cinta, tujuh karena faktor ekonomi, empat dilatarsbelakangi oleh disharmonisasi keluarga, dan satu kasus karena sekolah.
Dari data statistik ini dapat dilihat bahwa kasus bunuh diri remaja di Indonesia didominasi oleh faktor putus cinta. Bunuh diri merupakan salah satu bentuk stres berujung depresi yang ditunjukkan para remaja pasca putus cinta. Sebuah fenomena yang terjadi pada bulan April 2024 adalah seorang remaja putra berinisial MDAM (18) ditemukan tak bernyawa dengan kondisi leher menggantung di rumahnya, diduga ia sengaja bunuh diri karena frustrasi akibat putus cinta dengan kekasihnya.
Waspada Dampak Negatif Akibat Putus Cinta
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya dampak-dampak negatif setelah seseorang mengalami putus cinta. Mungkin selama berpacaran, ia selalu menggantungkan kebahagiannya pada pasangannya. Jadi saat hubungannya kandas, kebahagiannya pun juga ikut kandas.
Bisa juga karena faktor keluarga yang kurang harmonis, mengapa demikian karena orang yang berada di keluarga kurang harmonis cenderung bergantung kepada pasangannya. Ia menganggap pasangannya adalah hidupnya.
Sehingga, ketika seseorang tersebut berekspektasi dan putus cinta, maka seseorang tersebut akan merasakan ketidakstabilan emosi seperti marah, sedih, dan kecewa juga perasaan kacau hingga perasaan kebencian.
Jika rasa sakit hati dan sedih yang muncul akibat putus cinta tak kunjung membaik. Seperti perasaan tidak berharga, kesedihan yang berlarut-larut, putus asa dan kesepian. Kondisi ini perlu diwaspadai dan berbahaya bagi remaja karena cenderung masih labil dalam berpikir. Segera pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut jika kondisi tersebut sudah mengganggu kehidupan sehari-hari.
Mengatasi Putus Cinta