Dalam studi semiotika, tanda adalah elemen dasar yang memungkinkan kita memahami dunia melalui bahasa, simbol, dan makna. Dua tokoh penting dalam teori tanda adalah Charles Sanders Peirce, seorang filsuf asal Amerika, dan Ferdinand de Saussure, seorang ahli bahasa asal Swiss. Meskipun keduanya mempelajari tanda, pendekatan dan pandangan mereka mengenai konsep tanda berbeda. Berikut adalah perbedaan antara pandangan Peirce dan Saussure mengenai tanda.
Konsep Tanda Menurut Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure adalah salah satu tokoh kunci dalam semiotika struktural. Ia mengembangkan teori tanda dalam bukunya yang berjudul Course in General Linguistics (1916). Menurut Saussure, tanda terdiri dari dua komponen utama yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda).
Penanda (Signifier) adalah bentuk atau representasi fisik dari tanda, yang dapat berupa suara, gambar, atau kata tertulis. Misalnya, kata "pohon" dalam bahasa Indonesia adalah penanda yang mewakili suatu objek tertentu. Sedangkan, Petanda (Signified) adalah konsep atau makna yang dihasilkan dari penanda tersebut. Jadi, dalam contoh kata "pohon," petanda adalah konsep mental tentang pohon, termasuk karakteristik umum yang kita kaitkan dengannya, seperti berdaun, batang kayu, dan sebagainya.
Dalam konsep Ferdinand de Saussure, hubungan antara penanda dan petanda adalah arbitrer, artinya tidak ada hubungan alami antara bentuk fisik dari tanda dan maknanya. Misalnya, kata "pohon" dalam bahasa Indonesia berbeda dari kata "tree" dalam bahasa Inggris, namun keduanya memiliki petanda yang sama. Hubungan ini juga bersifat konvensional, yang berarti bahwa tanda-tanda tersebut hanya bermakna dalam konteks sosial tertentu dan bergantung pada kesepakatan di antara pengguna bahasa.
Konsep Tanda Menurut Charles Sanders Peirce
Berbeda dengan Saussure, Charles Sanders Peirce memiliki pendekatan yang lebih kompleks dalam mendefinisikan tanda. Peirce mendefinisikan tanda dalam tiga komponen utama yaitu Representamen, Objek, dan Interpretant. Ketiga komponen ini membentuk apa yang dikenal sebagai "triadik Peirce."
Representamen merupakan bentuk fisik atau aspek yang mewakili tanda, mirip dengan konsep penanda dalam teori Saussure. Representamen adalah apa yang kita persepsikan secara fisik, seperti gambar atau kata tertulis.Â
Objek adalah hal atau konsep yang dirujuk oleh representamen. Dalam contoh kata "pohon," objek adalah pohon nyata di dunia nyata yang dirujuk oleh kata tersebut.Â
Interpretant adalah makna atau pemahaman yang dihasilkan ketika seseorang menerima tanda. Ini adalah pemaknaan yang muncul sebagai respons terhadap hubungan antara representamen dan objek. Interpretant memediasi antara representamen dan objek, menghasilkan makna atau interpretasi yang mungkin berbeda tergantung pada konteks dan interpretasi individu.
Charles Sanders Peirce juga mengembangkan konsep tiga jenis tanda yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan fisik atau representasi langsung dengan objeknya. Contohnya, gambar pohon adalah ikon dari objek pohon.
Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan kausal atau keterkaitan langsung dengan objeknya. Contohnya, asap adalah indeks dari api karena keduanya saling terkait secara fisik.
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan konvensional atau arbitrer dengan objeknya. Kata-kata dalam bahasa, seperti "pohon" atau "tree," adalah simbol karena hubungan mereka dengan objek mereka bergantung pada kesepakatan atau konvensi sosial.
Perbedaan Konsep Tanda Menurut Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce
Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce memiliki pandangan berbeda tentang tanda. Saussure menganggap tanda sebagai hubungan antara penanda (bentuk) dan petanda (makna), yang disebut model tanda diadik. Hubungan ini bersifat arbitrer, artinya maknanya ditentukan oleh kesepakatan masyarakat. Sementara itu, Peirce mengembangkan model triadik, dengan tiga komponen yaitu representamen, objek, dan interpretant. Model ini mengutamakan aspek interpretasi, karena makna tergantung pada cara individu memahami tanda.
Saussure tidak membedakan jenis tanda dan fokus pada tanda linguistik, yaitu kata yang maknanya arbitrer. Peirce, sebaliknya, membagi tanda menjadi ikon (kemiripan langsung dengan objek), indeks (hubungan fisik atau kausal), dan simbol (arbitrer). Ini memungkinkan analisis yang lebih luas terhadap berbagai tanda.
Dari segi hubungan, Saussure melihat tanda sebagai arbitrer tanpa keterkaitan alami, sedangkan Peirce menekankan hubungan spesifik yaitu ikon mirip dengan objek, indeks terkait secara fisik, dan simbol bersifat arbitrer. Dalam hal makna, Saussure berfokus pada bahasa sebagai struktur stabil, sementara Peirce menekankan pentingnya interpretasi individu, menjadikan pemaknaan lebih dinamis. Kedua teori ini memberikan dasar penting dalam semiotika untuk memahami komunikasi dan pembentukan makna dalam kehidupan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H