Mohon tunggu...
Amanda Fauziah
Amanda Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puisi "Kangen" Karya W.S Rendra: Majas dan Maknanya

19 Mei 2023   22:45 Diperbarui: 19 Mei 2023   22:44 3053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
belajarsampaimati.com

Dalam keindahan puisi, kata-kata dapat menjadi alat yang kuat untuk mengungkapkan perasaan yang dalam dan kompleks. Puisi "Kangen" karya W.S. Rendra adalah contoh yang menonjol dari kemampuan penyair untuk menggambarkan perasaan kesepian dan kerinduan yang mendalam. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan sepi dan kehilangan cinta yang begitu dalam, yang sulit dipahami oleh orang lain. Mari kita bahas penyusunan puisi ini, serta majas yang digunakan dan makna yang terkandung di dalamnya.

Puisi ini dimulai dengan pengungkapan perasaan yang sulit dipahami oleh orang lain. "Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta." Dalam baris ini, terdapat penggunaan majas antitesis yang kontras antara kemerdekaan dan kekurangan cinta. Dalam kata-kata ini, penyair menggambarkan betapa kesepian yang dirasakan ketika kebebasan yang dimiliki tidak ditemani oleh kehadiran cinta yang bermakna. Kebebasan tanpa cinta bisa menjadi pengalaman yang sunyi dan tak berarti.

Selanjutnya, penyair mengekspresikan lukanya yang tersembunyi. "Kau tak akan mengerti segala lukaku, karna luka telah sembunyikan pisaunya." Terdapat penggunaan majas repetisi dalam baris "kau tak akan mengerti segala lukaku." Kata-kata ini menggunakan majas repetisi yang menunjukkan lukanya tersembunyi di dalam hatinya, dan ia kesulitan untuk berbagi atau mengungkapkannya kepada orang lain. Pengalaman ini bisa menjadi beban yang berat dan memperdalam rasa kesepian. Lukanya tersembunyi di dalam hatinya, dan ia kesulitan untuk berbagi atau mengungkapkannya kepada orang lain. Penyair menggunakan majas ini untuk menyoroti perasaan ketidakpahaman dan kesepian yang terdalam.

"Pisaunya" dalam baris "karena luka telah sembunyikan pisaunya" merupakan majas personifikasi. Dalam hal ini, pisaunya digambarkan sebagai objek yang mampu menyembunyikan luka-luka, menciptakan kesulitan bagi orang lain untuk melihat atau memahami rasa sakit yang dirasakan oleh penyair.

Dalam baris "Membayangkan wajahmu adalah siksa," penyair menggunakan majas metafora. Ia menggambarkan bahwa membayangkan wajah orang yang dicintai sebagai siksaan yang menghantui dan menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya rindu dan keinginan untuk memiliki kehadiran orang yang dicintai. Ketika seseorang merindukan seseorang dengan begitu dalam, membayangkan wajah mereka menjadi cara untuk mencoba meredakan rasa rindu, tetapi pada saat yang sama juga menyebabkan rasa sakit yang tak terelakkan. Melalui perumpamaan ini, penyair menyampaikan betapa kuatnya rasa rindu dan keinginan untuk memiliki kehadiran orang yang dicintai.

Selanjutnya, terdapat penggunaan majas antitesis dalam baris "Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan." Antitesis ini mempertemukan dua konsep yang bertentangan, yaitu kesepian dan ketakutan, serta kelumpuhan dan ketidakterbatasan. Majas ini memberikan dimensi yang lebih dalam pada perasaan kesepian yang dirasakan oleh penyair, menggambarkan betapa kesepian bisa menjadi pengalaman yang menakutkan dan membatasi kehidupan seseorang. Dalam kondisi kesepian yang mendalam, seseorang merasa terjebak dalam keheningan dan kekosongan yang membuat mereka merasa tidak berdaya. Mereka merasa tidak mampu untuk keluar dari kesepian itu sendiri, dan hal ini menciptakan perasaan takut yang menghantui.

Dalam baris "Engkau telah menjadi racun bagi darahku," terdapat penggunaan majas metafora. Dalam metafora ini, penyair menggambarkan bahwa orang yang dicintai telah memberikan dampak yang merusak dan merugikan pada kehidupannya. Kehilangan tersebut menyebabkan penderitaan dan ketidakseimbangan dalam hidupnya. Racun yang menyusup ke dalam darah menggambarkan betapa kehilangan cinta dan kehadiran orang yang dicintai dapat mengganggu dan menyakitkan.

Puisi "Kangen" diakhiri dengan baris "Apabila aku dalam kangen dan sepi, itulah berarti aku tungku tanpa api." Pada bagian ini, terdapat majas metafora, metafora ini menggambarkan betapa pentingnya kehadiran cinta dan hubungan yang bermakna dalam hidupnya. Tanpa cinta, penyair merasa kehilangan semangat dan gairah dalam hidupnya, seperti tungku yang tidak memiliki api yang memberikan kehangatan dan kehidupan.

Makna dari puisi ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang. Rendra menyoroti perasaan kesepian dan rindu yang mendalam, serta betapa sulitnya untuk dipahami oleh orang lain. Puisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki hubungan yang bermakna dalam hidup, dan bagaimana kehilangan cinta dapat menciptakan perasaan kekosongan dan penderitaan yang mendalam. Dalam keseluruhan puisi "Kangen," W.S. Rendra menggunakan penyusunan yang kuat dan kreatif, serta majas yang bervariasi, untuk menggambarkan perasaan kesepian dan kerinduan yang mendalam. Melalui kata-kata yang indah dan makna yang dalam, puisi ini berhasil menyampaikan pesan emosional yang dapat dirasakan oleh pembaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun