Pengeluaran agregat adalah salah satu konsep utama makroekonomi, mengacu pada jumlah total uang yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode. Tingkat aktivitas ekonomi dan prospek lapangan kerja meningkat berbanding lurus dengan jumlah total uang yang dibelanjakan dalam perekonomian. Total pengeluaran merupakan faktor utama yang digunakan untuk menganalisis kesehatan perekonomian suatu negara. Produksi secara keseluruhan mempunyai empat komponen utama, yaitu:
1. Konsumsi (C)
Merupakan jumlah uang yang dikeluarkan oleh rumah tangga dalam bentuk barang dan jasa. Konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan, Â suku bunga dan faktor lainnya.
2. Investasi (I):
Investasi mencakup pengeluaran perusahaan untuk  barang modal, seperti mesin dan pabrik, yang diperlukan untuk meningkatkan output. Tingkat investasi dipengaruhi oleh prospek pertumbuhan ekonomi, suku bunga dan faktor lainnya.
3. Belanja pemerintah (G):
Ini adalah jumlah uang yang dibelanjakan pemerintah untuk barang dan jasa publik, seperti infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan. Belanja publik dapat digunakan sebagai alat kebijakan untuk mengatasi resesi atau mendorong pertumbuhan ekonomi.
4. Ekspor neto (X-M):
Ekspor neto adalah selisih antara ekspor (barang dan jasa yang dijual ke luar negeri) dan impor (barang dan jasa yang dibeli di luar negeri). Jika ekspor lebih besar dari impor maka ekspor neto positif.
Â
Pengaruh Pengeluaran Agregat terhadap Ketenagakerjaan:
Peningkatan total pengeluaran dapat meningkatkan permintaan suatu negara untuk barang dan jasa. Ini dapat menginspirasi bisnis untuk meningkatkan output dan mendiversifikasi pasar mereka. Peningkatan produksi ini mungkin akan berlanjut di masa mendatang. Namun, dalam jangka panjang, peningkatan produksi ini dapat mendorong bisnis untuk merangkul teknologi yang lebih produktif dan menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit. Di sisi lain, penurunan pengeluaran secara keseluruhan dapat mengakibatkan penurunan permintaan suatu negara untuk barang dan jasa. Perusahaan dapat mengurangi tenaga kerja dan produksi sebagai akibatnya. Penurunan produktivitas ini dapat menyebabkan peningkatan pengangguran di masa mendatang. Namun, dalam jangka panjang, penurunan produksi dapat memaksa perusahaan untuk mengurangi investasi dan membatasi kemampuan mereka untuk tumbuh.
Â
Pengaruh Pengeluaran Agregat terhadap Inflasi:
Pengeluaran agregat juga berdampak pada tingkat inflasi ekonomi. Harga barang dan jasa yang secara umum dan terus meningkat disebut inflasi. Ketika total pengeluaran lebih dari apa yang dapat diproduksi oleh ekonomi dalam hal barang dan jasa, inflasi menghasilkan. Ketika pasokan pasar produk dan layanan tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan, hal ini dapat terjadi. Karena permintaan yang kuat dan pasokan yang terbatas dalam situasi ini, harga produk dan layanan akan meningkat. Di sisi lain, deflasi terjadi ketika total pengeluaran kurang dari kapasitas ekonomi untuk menghasilkan produk dan layanan. Hal ini dapat terjadi ketika ada kesenjangan antara pasokan pasar dan permintaan untuk produk dan layanan. Karena permintaan rendah dan pasokan yang kuat, harga produk dan layanan akan menurun dalam skenario ini. Inflasi dapat disebabkan oleh peningkatan pengeluaran agregat, sedangkan deflasi bisa disebabkan oleh penurunan biaya agregat.
Â
Dapat disimpulkan bahwa pengeluaran agregat merupakan konsep penting dalam makroekonomi, yang mengukur total pengeluaran  perekonomian. Hal ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap tingkat lapangan kerja dan inflasi. Peningkatan pengeluaran agregat cenderung mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran, namun juga dapat meningkatkan inflasi jika  kapasitas produksi terlampaui. Sebaliknya, penurunan belanja agregat dapat meningkatkan pengangguran dan menyebabkan deflasi. Oleh karena itu, pengelolaan pengeluaran secara keseluruhan merupakan elemen penting dalam kebijakan perekonomian yang bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian suatu negara.