Mohon tunggu...
Amanda Putri Azizah
Amanda Putri Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Logika dalam Kehidupan Sehari-hari: Menyusun Pijakan Filsafat untuk Keputusan yang Lebih Baik

30 Desember 2024   21:20 Diperbarui: 30 Desember 2024   21:21 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Logika, sering kali dipandang sebagai alat untuk menghubungkan argumen dan mencapai kesimpulan yang benar, ternyata lebih dari sekedar alat matematika atau teknik berpikir. Ia adalah dasar dari setiap keputusan yang kita buat dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam benyak hal, logika menjadi benang merah yang menghubungkan berbagai filsafat hidup yang kita anut.

Logika dan Alasan dalam Pengambilan Keputusan

Setiap keputusan yang kita buat, baik besar maupun kecil, melibatkan proses logika. Dari memilih sarapan hingga memutuskan karier hidup, kita mengandalkan pola pikir yang terstruktur untuk memastikan bahwa pilihan yang kita ambil mendekati kebenaran atau setidaknya memberi hasil yang diinginkan. Disinilah filsafat masuk memberikan konteks dan satu contoh yang sering dikemukakan adalah prinsip kontradiksi dalam logika Aristotelian, yang menyatakan bahwa "dua proposisi yang saling bertentangan tidak bisa benar sekaligus". Ini adalah prinsip dasar yang membantu kita menghindari pengambilan keputusan yang tidak konsisten dan penuh kontradiksi.

Logika dan Kebenaran: Relasi Antara Positif dan Negatif

Dalam filsafat, kebenaran selalu menjadi tema yang tidak pernah habis dibahas. Tetapi, kebnenaran itu sendiri tidaklah selalu jelas. Logika, dengan segala kompleksitasnya, membantu kita menavigasi kebenaran ini dengan membedakan penyataan yang valid dan tidak. Sebagai contoh, dalam argumentasi silogisme yang terkenal, kita bisa melihat bagaimana hubungan antara dua premis yang benar akan menghasilkan kesimpulan yang benar pula. Logika mengajarkan kita untuk mencari hubungan sebab-akibat yang jelas dan memahami bagaimana premis-premis kita membentuk pandangan dunia kita.

Namun, filsafat juga mengingatkan kita akan konsep ketidakpastian. Dalam filsafat eksistensialisme, misalnya, Jean-Paul Sartre berpendapat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan logika dalam memecahkan masalah eksistensial. Pilihan bebas, emosi, dan pengalaman subjektif harus turut dipertimbangkan. Walaupun logika menawarkan alat untuk mencari kebenaran yang objektif, filsafat mengajak kita untuk mempertimbangkan dimensi-dimensi lain dalam pengambilan keputusan. 

Paradoks Logika dalam Kehidupan Nyata

Salah satu bentuk paradoks yang menarik adalah paradoks pilihan, yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika diberikan banyak pilihan, kita sering kali merasa kesulitan untuk membuat keputusan yan tepat. Menurut logika, kita seharusnya dapat mengevaluasi dan memilih opsi terbaik. Namun, kenyataannya, semakin banyak pilihan, semakin besar ketidakpastian yang kita hadapi. Ini adalah contoh menarik dari ketidaksesuaian antara teori logika yang terstruktur dengan realitas psikologis manusia yang lebih kompleks dan penuh nuansa.

Salah satu penulis yang menyoroti hal ini adalah Hebert Simon dengan teorinya tentang "keputusan terbatas" atau bounded rationality. Dalam kehidupan nyata, kita tidak selalu dapat memperoses semua informasi secara logis dan rasional. Keputusan kita sering kali dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan dan waktu. Logika, meskipun sangat bermanfaat, tidak selalu dapat memberikan jawaban yang sempurna di dunia yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas.

Pada akhirnya, logika memberikan kerangka yang kokoh untuk berfikir dengan jelas dan konsisten. Namun, filsafat mengingatkan kita bahwa tidak ada satu sistem pemikiran yang dapat menangani segala aspek kehidupan dengan sempurna. Kehidupan itu penuh ketidakpastian, dan keputusan yang kita buat tidak selalu bisa dijelaskan hanya dengan menggunakan prinsip logika yang ketat. Filsafat memberi kita perspektif yang lebih luas, mengajarkan kita untuk menghargai aspek-aspek eksistensial, emosional, dan subjektif dalam hidup. Oleh karena itu, logika dan filsafat harus berjalan berdampingan, saling melengkapi untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang cara kita memahami dunia dan membuat keputusan yang bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun