Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas. Tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.Â
Salah satu kutipan favorit dari sosok pejuang emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini. Kartini merupakan satu dari sekian perempuan Indonesia. Gagasan emansipasi yang di bangun oleh kartini sudah banyak menuai kontradiksi dengan kondisi masyarakat yang masih teguh dalam budaya patriarki.Â
Budaya patriarki yang melekat dan berurat-berakar dalam masyarakat feodal menjadi tantangan tersendiri bagi Kartini dalam merumuskan emansipasi terhadap persamaan hak perempuan.Â
Emansipasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan usaha-usaha untuk mendapatkan persamaan hak politik, kesetaraan gender, serta persamaan hak dalam bidang lainnya.Â
Sedangkan emansipasi wanita ialah suatu proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan seorang wanita untuk berkembang dan maju di segala bidang dalam kehidupan masyarakat.
Di negara patriarki seperti Indonesia, Perempuan seringkali di nilai sebagai sosok lemah, perlu perlindungan, dan kebahagiaannya bergantung pada laki -- laki. Lingkungan yang membentuk pikiran tersebut memenjarakan potensi dan kebebasan yang dimiliki oleh para perempuan.Â
Sebagai contoh, di daerah yang masih kental budaya patriarki masih banyak perempuan -- perempuan yang hak nya dibatasi dengan alasan genderisasi. Tidak hanya itu, bahkan perempuan dibawah umur sudah banyak yang menikah dan menjadi seorang ibu di umur yang masih belia.
Tidak jauh dari konsep patriarki, mayoritas perempuan jawa tidak asing dengan nasihat dari nenek moyangnya bahwa hidup seorang perempuan tidak jauh dari 3M. Yakni Masak, Macak, dan Manak.Â
Masing -- masing kata tersebut memiliki arti seorang perempuan wajib ahli dalam bidang memasak untuk memberi makan keluarganya. Macak yang berarti seorang perempuan harus bisa berdandan serta merias diri untuk tampil menyenangkan dan manak yang berarti seorang perempuan harus bisa melahirkan keturunan.Â
Bermimpi dan merdeka tidak ada didalam konsep seorang perempuan yang ditawarkan oleh nenek moyang perempuan jawa. Seorang perempuan di era modern seyogyanya tidak pernah membiarkan dirinya terkurung dalam jeruji patriarki yang selama ini kerap terdengar di kedua telinga dan terpaku kuat dalam pikirannya.Â
Kehidupan senantiasa berjalan dinamis dari waktu ke waktu. Hal tersebut selaras dengan perempuan yang seiring berjalannya waktu akan terus semakin bernilai dan bijaksana.