Pada Selasa, 5 Desember 2023 Â kami mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta diberi kesempatan untuk berkunjung ke Padepokan Brojobuwono yang berlokasi di Wonosari, Kec. Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pendopo ini didirikan oleh Basuki Teguh Yuwona pada tahun 1999. Padepokan Brojobuwono merupakan museum keris yang tidak hanya digunakan untuk tempat penyimpanan keris tetapi juga untuk tempat pembuatan keris atau yang biasa masyarakat kenal sebagai besalen. Pendopo ini didirikan oleh Basuki Teguh Yuwona pada tahun 1999.
Secara garis besar, koleksi keris yang dipamerkan dapat dibagi atas dua golongan bentuk, yaitu bentuk keris lurus (dhapur leres) dan bentuk keris luk (dhapur luk). Kata luk berasal dari Bahasa Jawa yang artinya adalah keluk atau kelok atau lekuk. Cikal bakal keris adalah keris lurus (leres). Penggalian makna simbolis dan filosofis oleh nenek moyang kita, mendefinisikan keris lurus sebagai upaya manusia untuk berkiblat kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Beberapa ahli kajian pusaka mengatakan bahwa keris lurus ibarat Sarpa Tapa (ular yang sedang bertapa). Lalu ada inovasi dengan munculnya dhapur Cengkrong yang kemudian diikuti dengan bentuk keris luk sederhana (Luk Kabudan). Selanjutnya penciptaan dhapur-dhapur luk baik oleh empu maupun oleh pemesan keris tersebut diserta pula dengan penggalian makna simbolis dan filosofisnya, yang mendefinisikan keris luk sebagai upaya manusia yang masih harus merampungkan urusan duniawinya. Selain hanya melihat koleksi, dalam kunjungan ini kami dapat melihat proses pembuatan keris di Padepokan Brojobuwono. Pembuatan keris di bagi menjadi tiga tahap yaitu tahap penempaan, tahap pembentukkan, dan tahap finishing.
Melalui kunjungan ini kami dapat mengetahui bahwa keris tidak hanya dilihat dari segi keindahannya, tetapi melalui detail seni yang mengandung makna dan sejarah. Pahatan yang rumit dan pola yang menarik membuat setiap keris menjadi unik dan penuh karakter. Mengapresiasi keris membantu menjaga dan melestarikan warisan ini untuk generasi mendatang. Keahlian dan dedikasi yang diperlukan untuk membuat keris bisa menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang muda untuk menghargai dan mengembangkan keterampilan tradisional. Mengapresiasi keris bukan hanya tentang benda fisik itu sendiri, tetapi juga tentang mendalaminya sebagai bagian dari identitas dan kekayaan budaya yang harus dijaga dan dihargai.
Keris, sebagai sebuah objek budaya dan simbolik, dapat menjadi elemen yang menarik dan kaya makna dalam pengembangan cerita film. Keris sering kali terkait dengan kepercayaan dan mitos tertentu. Film dapat menggali mitos-mitos ini dan mengembangkan cerita berdasarkan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan mistis atau perlindungan yang dimiliki oleh keris.
Penulis:
Zahwa Aulia Almutmainnah | Film dan Televisi | Institut Seni Indonesia Surakarta
Amanda Putri Gunari | Film dan Televisi | Institut Seni Indonesia Surakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H