Mohon tunggu...
poncowae lou
poncowae lou Mohon Tunggu... -

Aku hanyalah seorang pengelana kata-kata. disetiap persinggahanku kuingin menikmati kebesaran-Nya dan setiap langkah inginku bermanfaat bagi orang banyak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Debu-debu Revolusi

3 Juni 2011   01:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:55 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Debu-debu revolusi Hingar bingar tanah mardikan bak batuk merjan batuk akut batuk menahun... batuk-batuk yang meluka lak-lakan hingga dubur ambeien darah mengering darah mengental darah perawan darah para borjuis darah dara-dara yang lubang pipisnya dikatup mimis ketidak pastian ; Semisal kita... hemm semoga tidak. Bukan berarti kita berbusa-busa... bising... Ya! Didengar... Tidak! Hingar bingar tanah mardikan adalah catatan tersendiri bagiku yang kutaruh di pojok ruang menyempil di antara rak sepatu dan kotak baju kotorku. : Syukurlah tak ada yang hilang kecuali catatan kakiku... Diancuk kamu! Debu itu selintas angin sepoi yang dibiarkan kerna sejuknya debu itu semula menipis seperti celak alis yang menggambar tebal tipis saat tercipta kaldera... sekam perlahan-lahan membara tak cukup air mata tuk padamkan dahana Bidadaraku cantikku manisku sayangku tailencungmu... : Aku muak! Terlalu banyak centang yang menggurat di jidatmu mengapa kau tak mati-mati juga? Anjinggeladak kutu loncat ular derik ular beludak dan sebangsa tikus berbelalai kezaliman, sudah cukupkah senyummu yang memuakan bertabur janji-janji yang kau ingkari menjadi bukti kebaikan akal budimu? Dengarlah permintaanku ; seberapa yang kau petik dari kebunku kembalikan seperti sedia kala gampangkan? ~~~ Poncowae Lou Tangerang, 21/2/11

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun