Mohon tunggu...
AMALIA ZULFA
AMALIA ZULFA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Islam Walisongo Semarang

Conten creator, desain grafis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadikan Pemimpin yang Bermartabat Sebagai Role Model Gaya Kepemimpinanmu

11 Juni 2023   22:32 Diperbarui: 11 Juni 2023   22:42 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

           Dalam peraturan perundang-undangan Nomor 2 Tahun 2002 mengenai kepolisian sudah dijelaskan bahwa polisi bertugas memelihara keamanan, kesejahteraan, melindungi, mengayomi, dan menegakkan hukum di lingkungan masyarakat. Tugas tersebut dapat berjalan tentu membutuhkan seorang pimpinan yang bisa mengarahkan dan membagi tugas agar goals tersebut bisa terwujud. Seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya untuk diarahkan dan dikontrol agar bisa melakukan kerja sama dalam pencapaian goals yang sudah ditetapkan (Mirnawati, 2022). Maka dari itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk mengemban jabatan sebagai pemimpin di Kepolisian Negara Republik Indonesia.

            Gaya kepemimpinan yang patut dicontoh adalah gaya kepemimpinan dari pak Hoegeng Iman Santoso yang merupakan Kepala Kepolisian Republik Indonesia ke-5. Beliau dikenal dengan nama pak Hoegeng. Dikenal sebagai pemimpin yang jujur dalam menjalankan tugasnya sebagai pihak kepolisian. Sesuai dengan pernyataan mantan Presiden Republik Indonesia ke-3 bahwa "Hanya ada tiga polisi yang jujur di Indonesia: Patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng." Beliau menjadi inspirasi banyak aparat kepolisian mengenai kejujuran, kesetiaan, dan kebenaran. Beliau juga terkenal akan kesederhanaannya. Terlihat dari parenting beliau kepada anak-anaknya agar tidak mendapatkan perlakuan istimewa dari jabatan ayahnya.

            Dalam memimpin sebuah organisasi atau lembaga tertentu, sifat kejujuan sangatlah penting untuk dilakukan. Seperti halnya pak Hoegeng seorang polisi yang harus menjadi teladan bagi seluruh perwira kepolisian. Beliau menerapkan sifat jujur di kehidupan sehari-hari dan saat menjabat menjadi polisi. Maka dari itu, tidak salah beliau saat itu sangat dipercaya untuk dijadikan Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada masanya. Walaupun begitu, berbagai kisah keteladanan dari pak Hoegeng masih saja belum diimplementasikan.

            Pak Hoegeng dikenal sebagai sosok yang berintegritas, anti korupsi, disiplin, dan sikap teladan lainnya yang patut dicontoh oleh bawahannya. Gaya hidupnya juga sederhana dan memiliki kepribadian yang kuat dan idealis. Beliau sering kali berbeda pandangan dengan orang lain yang dianggapnya memang benar dan selalu berani berkata jujur. Selama perbuatannya tidak menyalahi aturan, beliau dengan lantang akan menyampaikan pendapatnya. Kepribadian tersebut memang sudah ditanamkan sejak beliau mengikuti pendidikan kemiliteran di sekolahnya dahulu. Jadi, saat menjabat menjadi polisi semua ajaran yang diterima sebelumnya selalu melekat dan dilakukan tanpa ragu. Banyak kasus yang sudah beliau tangani mulai dari penyamaran sampai melakukan propaganda agar serdadu Netherland Indies Civil Administration (NICA) berpihak kepada Indonesia. Oleh karena itu, beliau sangat dihormati oleh bawahannya karena berbagai prestasi yang sudah diperolehnya.

            Pak Hoegeng merupakan pemimpin transformasional. Beliau dapat membuat bawahannya merasakan kepercayaan, kekaguman, penghormatan, dan kesetiaan terhadap beliau. Beliau selalu meningkatkan motivasi dan kinerja bawahannya dengan membuat mereka menyadari pentingnya hasil tugas. Dengan memberikan pengaruh yang ideal dari contoh perilaku, sikap, prestasi maupun komitmen yang ditunjukkan oleh pak Hoegeng. Beliau juga memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan harapan dan mengekspresikan dengan cara-cara sederhana. Seperti halnya usulan diwajibkan memakai helm saat berkendara yang diusulkan oleh beliau. Karena dengan melihat banyaknya korban kecelakan dan meningkatnya jumlah korban jiwa membuat pak Hoegeng mengusulkan ide untuk kewajiban memakai helm dengan alasan tentunya untuk mengurangi jumlah korban jiwa.

            Menjadi seorang polisi juga harus memiliki kepekaan terhadap masalah masayarakatnya. Beliau adalah Irjen Pol Suhardi Alius yang merupakan mantan Wakapolda Metro Jayadan pernah menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Beliau sering turun ke lapangan untuk mengetahui kondisi masyarakatnya. Beliau juga pernah melakukan aksi penyamaran untuk meringkus tindakan kriminal yang terjadi. Dari aksinya yang langsung turun ke lapangan justru memudahkan beliau dalam mengatasi permasalahan masyarakat dan langsung ditangani. Dengan mengandalkan kepekaan sosial, beliau menjadi tahu kapan dan di mana harus mengambil suatu keputusan atau kebijakan. Beliau dikenal saat memimpin menggunakan pendekatan hati dan persuasif sehingga mudah diterima di mana saja. Pak Suhardi mampu melakukan perubahan yang dirasakan oleh berbagai pihak.

            Dalam memimpin, pak Suhardi masuk ke dalam gaya kepemimpinan servant leadership. Gaya kepemimpinan tersebut ditunjukkan dari pemberian pelayanan terhadap bawahan dan meletakkan kepentingan bawahan di atas kepentingan pemimpin. Salah satu ciri pemimpin ini adalah sering berkeliling untuk mengetahui dan memahami bawahan dengan lebih baik. Hal ini sesuai dengan tindakan pak Suhardi yang sudah beliau lakukan. Dan selama menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme beliau memiliki kesadaran dan perhatian untuk mengatasi aksi teroris yang terjadi di Indonesia. Beliau juga sering melakukan inspeksi mendadak untuk mengetahui bagaimana kinerja bawahannya. Dari situlah beliau mengetahui beberapa kesalahan yang dilakukan oleh para anggotanya, seperti lampu tahanan dibiarkan mati sampai kejadian kaburnya beberapa tahanan akibat lalainya kinerja bawahannya. Beliau mengaku bahwa dengan aksi yang dilakukannya bisa mengerti dinamika yang ada di lapangan. Gaya yang dilakukan pak Suhardi tersebut juga tidak jauh beda dengan Presiden Republik Indonesia DKI Jakarta, Jokowi.

            Dari kedua contoh gaya kepemimpinan tersebut, terdapat juga gaya kepemimpinan yang hanya mengatasanamakan kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan yang tertinggi yang dimiliki seseorang bisa menjadikan seseorang buta akan segala hal. Hal tersebut bisa dilihat dari kasus Mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo yang melakukan pembunuhan berencana dengan bekerja sama dengan bawahannya. Seseorang yang berkuasa akan sangat mudah untuk mempengaruhi orang lain dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapai. Jabatan yang diemban oleh pak Sambo telah disalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi yang pada akhirnya membuat situasi memaksa bawahan agar mau bekerja sama untuk mengikuti perintahnya.

            Kekuasaan adalah kapasitas yang dimiliki oleh individu untuk mempengaruhi perilaku orang lain, sehingga mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya (Robbins & Judge, 2015). Adanya aspek ketergantungan dari bawahan yang akan membuat kekuasaan seseorang semakin tinggi. Ketergantungan ditimbulkan oleh kebutuhan pengikut dan dipengaruhi oleh alternatif kontrol yang disediakan oleh pemimpin. Seorang pemimpin tentu menggunakan beberapa taktik untuk bisa mempengaruhi bawahannya agar bisa tercapai tujuan suatu lembaga. Ada yang menggunakan taktik legitimasi, tekanan, mengambil hati sampai koalisi.

            Berbeda halnya pak Sambo yang malah menggunakan taktik legitimasi dan tekanan untuk bisa mempengaruhi bawahan agar tujuan pribadinya tercapai. Taktik legitimasi berkaitan dengan posisi wewenang pemimpin untuk mengambil kebijakan, aturan, maupun keputusan. Sedangkan, taktik tekanan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus pembunuhan terhadap Brigadir J. yang dilakukan oleh para anggota pak Sambo atas perintahnya. Dengan kekuasaan yang dimiliki pak Sambo akan membuat para anggotanya tunduk dan mau mengikuti perintahnya dan juga pasti ada unsur ancaman yang diberikan kepada para anggotanya. Pak Sambo juga terlihat lihai dalam melakukan skenario agar  masyarakat tidak mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Dari aksi tersebut awalnya akan menguntungkan kedua belah pihak, yaitu atasan-bawahan yang mana atasan merasa puas dan senang akan rencananya yang berhasil dan bawahannya akan mendapatkan keuntungan bentuk finansial maupun no-finasial yang dijanjikan oleh atasan kepadanya.

            Dalam kerja sama antara atasan dan bawahan di kepolisian sudah terdapat kode etiknya tersendiri yang sudah dijelaskan pada Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 11. Di dalam pasal-pasal tersebut sudah jelas mengenai hal kerja sama yang baik atau positif antara atasan-bawahan. Dan juga sudah ada pasal yang menjelaskan tentang larangan menuruti perintah atasan yang nyeleweng dari aturan kepolisian yaitu ada pada Pasal 7 ayat 3 Perpol. Sudah sepatutnya, para anggota bawahan pak Sambo harus menolak ajakan kerja sama buruk yang dapat mencoreng nama baik kepolisian Indonesia. Dalam hal ini, pak Sambo sudah melakukan penyimpangan kerja sama yang membuatnya telah melanggar tujuh kode etik kepolisian karena kasus pembunuhan terhadap Brigadir J. dengan kerjasama bersama para bawahannya. Pembunuhan tersebut diawali dengan dendam pak Sambo kepada Brigadir J. dan berakibat terjadinya pembunuhan. Dan pada akhirnya, pak Sambo dinyatakan bersalah dan dilakukan hukuman mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun