Jakarta 16 Mei 2016. Telah dilaksanakan seminar “AKRAB dengan JAMU” yang diadakan oleh Badan POM Pusat. AKRAB akronim dari Ajang Kreativitas Bersama, dimana tema ini diusung untuk meningkatkan minat para pengusaha untuk melestarikan tanaman obat menjadi suatu komoditi unggulan dibidang pengobatan tradisional yang berbasis science.
Seminar ini berisi 7 materi yang dibawakan oleh beberapa ahli dan pakar dibidangnya. Materi pertama mengenai Obat bahan alam bukti dukung dan klaim khasiat oleh Drs. Hary Wahyu T., Apt. materi ini berisi tentang proses klaim dan registrasi obat tradisional yang meliputi jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Materi kedua yaitu titik kritis kehalalan produk obat tradisional yang dibawakan oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Hj. Purwatiningsih Sugita, MS. Dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika LPPOM. Pada materi ini dikupas tuntas mengenai syarat kehalalan produksi obat tradisional mulai dari bahan baku, produk ruah, alat, dan sistem produksinya. Semua penilaian berdasarkan Al-Quran, Hadits, dan Ijtima atau fatwa MUI. Setelah LPPOM mengaudit dan menilai produk tersebut halal selnjutnya MUI (Majelis Ulama Indonesia) akan mengeluarkan sertifikat halal.
Materi ketiga penyediaan bahan baku mahkota dewa oleh Ibu Dr. Otih Rostiana, M.Sc. dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Pembahasan tentang cara membudidayakan mahkota dewa dan cara registrasi tanaman mahkota dewa sebagai tanaman unggulan nasional dijelaskan dengan rinci pada materi ini.
Materi keempat mengenai etnomedisine mahkota dewa oleh Prof. Eko Baroto Walujo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Materi ini mengantar kita untuk mengerti bahwa tiap suku atau etnis mempunyai tanaman obat yang khas dengan berbagai resep atau formula yang sederhana. Mahkota dewa dapat disajikan dalam bentuk teh, ramuan instan (direbus bersama gula) atau jika lebih spesifik penyakitnya maka harus menambahkan bahan lain. Untuk meningkatkan efek mahkota dewa terhadap kanker perlu ditambahkan kunyit putih.
Materi ke lima total quality profile (TQP) : metode profiling BAF (Bioactive Fraction) sebagai suatu entitas yang dibawakan oleh Bapak Dr. rer.nat James Sinambela, Apt. Dexa Laboratory of Biomolecular Science (DLBS). Dalam materi ini dijelaskan bahwa DLBS telah melakukan isolasi terhadap tumbuhan mahkota dewa dengan 4 TQP. Hal ini menunjukkan keseriusan Dexa Laboratories terhadap pengembangan obat tradisional.
Materi keenam yang cukup menarik mengenai bukti scientific khasiat dan keamanan Phaleria macrocarpa (mahkota dewa) kajian tentang mekanisme kerja dan manfaat isolat mahkota dewa pada berbagai penyakit yang dibawakan oleh Raymond R. Tjandrawinata, Ph.d., M.S., M.B.A. Dexa Laboratory of Biomolecular Science (DLBS). Dalam materi ini dipaparkan tentang fraksi DLBS 1425 dan DLBS 1442 yang memiliki efek anti kanker yang diuji pada beberapa cell line, antiangiogenesis, antiimigratori, sebagai activator natural killer cell dan antiinflamasi, antiendometriosis, antioksidan, anti bakteri, dan anti diabetes. Hingga saat ini untuk penyakit kanker payudara yang telah menjalani kemoterapi. Selanjutnya ditreatment menggunakan fraksi obat tradisional mahkota dewa selama 60 hari memperlihatkan hasil yang menakjubkan dengan mekanisme mereduksi PI3-K transcript level pada sel kanker.
Materi ketujuh dibawakan oleh Ny. Ning Harmanto dari PT. Mahkotadewa Indonesia dengan judul Menaklukkan dunia bersama mahkota dewa. Ibu satu ini sangat luar biasa dengan bermodal pengalaman dibidang obat tradisional, ibu Ning telah menulis banyak buku dan 7 buku yang ditulisnya bertemakan mahkota dewa sebagai obat tradisional yang dilengkapi dengan ramuan-ramuan ajaib untuk menyembuhkan penyakit-penyakit kronis.
Dari semua materi tersebut saya sangat tertarik pada materi keenam karena saya bekerja di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Dan hal ini telah saya konsultasikan dengan peneliti senior dibidang saya mengenai jika isolat tanaman mahkota dewa dilabeli dengan radioisotop untuk meningkatkan efek anti kankernya dengan dosis yang sedikit.
Alhasil menurut Drs. Adang Hardi G., Apt senyawa isolat tersebut masih belum murni dan butuh pemurnian jika ingin dijadikan radiofitofarmaka. Beliau juga berpendapat bahwa isolat itu memiliki banyak mekanisme karena masih terdiri dari beberapa senyawa kimia, dan jika lebih dimurnikan lagi bisa terjadi degradasi fungsi dari senyawa-senyawa tersebut.
Masyarakat indonesia harus melek terhadap ilmu pengetahuan tentang kesehatan khususnya. Perkembangannya sangat menakjubkan mungkin ada satu penemuan obat terbaru di suatu belahan bumi disaat kita mengedipkan mata sekalipun. Hal ini juga memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat untuk memilih pengobatan atau terapi yang sesuai dengan jenis penyakitnya. Saatnya indonesia untuk maju di bidang science.