Mohon tunggu...
Amallia AndiniSaputri
Amallia AndiniSaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Amallia Andini Saputri adalah seorang mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Dia berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan jurusan Ilmu Politik. Sebagai seorang yang belajar Ilmu Politik, Amallia memiliki minat dalam memahami dinamika politik isu kontemporer dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Australia dan Perubahan Sikapnya di PBB: Membela Hak-Hak Palestina

12 Desember 2024   19:52 Diperbarui: 12 Desember 2024   19:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Palestina semakin mendapat perhatian dunia internasional. Pelanggaran hak asasi manusia di wilayah yang diduduki Israel mencakup pembunuhan, penghancuran properti, hingga serangan terhadap infrastruktur penting seperti rumah sakit dan sekolah. Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB, dalam laporannya menyoroti dampak blokade Israel terhadap Gaza, yang disebutnya sebagai "hukuman kolektif" terhadap lebih dari dua juta penduduk Gaza. "Blokade ini menyebabkan kekurangan pangan, akses medis yang terbatas, dan penderitaan luar biasa bagi warga sipil," ujarnya.

Namun, angin segar datang dari Australia. Pada 4 Desember 2024, negara ini mengejutkan banyak pihak dengan mendukung resolusi PBB yang menyerukan Israel untuk mundur dari wilayah Palestina yang diduduki. Langkah ini menjadi titik balik kebijakan luar negeri Australia, yang sebelumnya sering abstain dalam isu-isu terkait Palestina di PBB. Pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese menegaskan komitmennya terhadap solusi dua negara sebagai jalan terbaik menuju perdamaian yang adil.

"Pemerintah kami percaya bahwa hanya melalui diplomasi dan pengakuan hak-hak kedua pihak, konflik ini dapat berakhir secara damai," kata PM Albanese. Keputusan ini menandai pergeseran diplomatik Australia yang kini lebih vokal dalam mendukung hak-hak Palestina, meski sebelumnya sering dikritik karena sikap netral yang dianggap menguntungkan Israel.

Perubahan ini mendapat sambutan hangat dari negara-negara pro-Palestina yang melihatnya sebagai langkah menuju keadilan. Namun, di sisi lain, hubungan Australia dengan Israel dan sekutu Baratnya bisa menghadapi tantangan baru. Beberapa pengamat menilai kebijakan ini sebagai upaya berani Australia untuk menyeimbangkan kepentingan strategis dengan etika internasional.

Meski demikian, langkah ini hanya awal dari perjalanan panjang untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Dunia internasional, termasuk Australia, memiliki peran besar dalam mendorong penyelesaian diplomatik dan memastikan pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia yang telah terjadi. Bagi Palestina, dukungan Australia di PBB ini menjadi harapan baru untuk masa depan yang lebih damai dan adil.

Dengan sikap barunya, Australia tak hanya mencatatkan perubahan signifikan dalam diplomasi luar negeri, tetapi juga mengirimkan pesan kuat: di tengah konflik yang berkepanjangan, keberpihakan pada keadilan tetaplah sebuah keharusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun