Mohon tunggu...
amalina faza
amalina faza Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Terpapar Konten Negatif, Salah Siapa?

2 Oktober 2018   13:41 Diperbarui: 2 Oktober 2018   13:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan smartphone ditambah dengan jaringan internet yang semakin baik pada masa ini menyebabkan banyaknya influencer dan artis media sosial yang bermunculan.

Hal tersebut bisa berdampak baik, karena semakin banyak orang yang membuat konten, akan semakin banyak referensi dan pengetahuan baru yang kita dapatkan. Namun sangat disayangkan, pada kenyataannya justru semakin banyak orang yang membuat konten, semakin banyak pula konten negatif yang tersebar di dunia maya.

Salah satu platform yang seringkali digunakan adalah Youtube. Fenomena munculnya Youtuber dadakan membuat kita harus semakin berhati-hati dalam memilah tontonan.

Mirisnya, sekarang banyak anak kecil yang dicekoki Youtube sejak dini dan tanpa pengawasan orangtua sehingga mereka dapat dengan bebas menonton video apapun disana. Apabila ternyata mereka menonton hal yang tidak baik, besar sekali kemungkinan bahwa mereka akan meniru apa yang terdapat dalam tontonan mereka. Selain itu, terlalu sering menonton video juga dapat menyebabkan kecanduan pada anak.

Kalau sudah begini, maka pihak manakah yang disalahkan? Apakah si pembuat konten yang seharusnya menampilkan hal-hal baik, atau orangtua dari sang anak yang seharusnya mencegah anaknya untuk menonton konten tersebut? Kemudian yang terjadi adalah saling menyalahkan antar banyak pihak.

Seorang dosen tamu di Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dalam sesi kuliah umum berkata, "Jangan salahkan youtuber, influencer kalau tidak ingin anaknya terpapar konten negatif, kita ini hanya membuat, kalau gak suka ya gausah ditonton, kita bikin konten sesuai mau kita, kenapa anda harus atur-atur?".

Saya sendiri  tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Ibaratnya sebuah pabrik makanan yang memiliki aturan untuk keselamatan konsumennya, seharusnya influencer juga memiliki aturan terhadap dampak yang diberikan dari konten yang dibuatnya.

Hal ini disebabkan karena influencer juga meraih keuntungan dari jumlah view dan like penonton, maka rasanya tidak adil jika dikatakan seorang influencer bebas membuat konten tanpa memikirkan dampak untuk viewersnya.

Disisi lain, orangtua juga seharusnya punya peran besar dalam memilah dan membatasi tontonan untuk anak. Kegiatan lain selain menonton juga dapat diperkenalkan oleh orangtua untuk mencegah kecanduan. Seperti yang telah dibilang diatas, anak-anak adalah peniru yang handal, maka dari itu berilah contoh yang baik kepada anak agar kedepannya anak dapat melakukan hal yang baik dan bermanfaat untuk hidupnya.

Kini bukan saatnya saling menyalahkan. Untuk membangun sebuah system yang seimbang, diperlukan kerjasama antara seluruh pihak yang terlibat, begitu juga dalam hal ini. Content creator melakukan kerjasamanya dengan membuat konten yang baik, orangtua juga menunjukkan kerjasamanya dengan terus mendampingi dan mengawasi anaknya

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun