Penulis : Amalia Zahra Sinaga
     Pagi yang cerah di hari Minggu, sebuah keluarga kecil tampak baru saja keluar dari rumahnya dengan berpakaian rapi. Niatnya, hari ini mereka akan pergi menjelajahi kebun binatang yang berada lumayan jauh dari rumah mereka.
     Allea, seorang balita 4 tahun yang tampak sangat antusias itu pun tak henti-hentinya menampilkan senyum yang mengembang sempurna. Sepanjang jalan, ia terus bernyanyi dengan riang di dalam kendaraan roda empat yang melaju kencang.
    Satu jam di perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di sebuah kebun binatang yang hari ini tampak ramai dan padat, karena memang hari ini adalah hari weekend dan banyak orang berlibur membawa keluarganya ke tempat itu.
     Allea yang baru pertama kali mengunjungi kebun binatang itu pun tampak sangat antusias mengamati hewan-hewan yang dilaluinya, dengan kedua tangan digandeng oleh ayah dan bundanya yang berada di sisi kanan dan kirinya.
    "Ayah, itu namanya hewan apa?" tanya Allea menunjuk seekor hewan yang memiliki leher panjang, setelah melepaskan satu tangannya dari sang bunda.
    "Itu namanya jerapah," jawab ayahnya ikut memperhatikan hewan yang ditunjuk putrinya.
    "Kalau yang itu apa?" tunjuknya lagi ke arah hewan yang memiliki dua tanduk di kepalanya.
    "Itu rusa."
    "Rusa itu makannya apa, Ayah?" tanya Allea memperhatikan hewan yang sedang berdiri menatap orang-orang yang memotret mereka.
    "Makannya daun dari pohon-pohon atau semak-semak."
    Allea mengernyit heran, menatap ayahnya penuh tanda tanya. "Kenapa makannya daun, Ayah? Daun itu kan bukan makanan? Kenapa mereka nggak makan nasi?"
    "Karena rusa itu hewan herbivora, Nak. Herbivora itu pemakan tumbuh-tumbuhan. Nasi itu bukan tumbuhan, jadi rusa nggak bisa makan nasi." Kali ini bundanya yang menjawab. Anaknya masih dalam masa pertumbuhan dan pengembangan pengetahuan, jadi wajar saja jika ia banyak ingin tahu dan bertanya apa saja yang menurutnya asing.
     Allea memperhatikan hewan yang memiliki tempurung yang sedang menjulurkan sedikit kepalanya. "Itu hewan apa, Yah?" tanyanya. Menurutnya, hewan itu sangat aneh.
     "Itu kura-kura. Yang menyelimuti tubuhnya itu namanya tempurung, alias rumahnya. Kalau kura-kura tidur, dia tinggal masukin kepalanya ke dalam tempurungnya itu."
     "Kalau yang itu namanya hewan apa?" tanyanya lagi. Mereka memperhatikan hewan yang ditunjuk Allea. Hewan bertubuh besar yang memiliki belalai panjang.
      "Kan Allea tau. Kalau yang punya belalai panjang itu namanya hewan ga--."
      "Jah ...!" sambung Allea histeris. Ia ingat pernah belajar beberapa nama hewan beserta ciri-cirinya.
      Setelah puas menjelajahi hewan-hewan yang hidup di daratan, Allea dan orang tuanya pun memasuki sebuah ruang yang di mana itu adalah tempat-tempat biota laut. Di sana terdapat banyak sekali jenis hewan yang baru pertama kali dilihat secara langsung oleh Allea, membuatnya semakin penasaran dan banyak tanya.
      Allea menunjuk hewan yang bertubuh kecil dan sedikit melengkung. Memiliki moncong panjang dan ekor yang panjang. Hewan itu tampak berenang ke sana kemari dari satu tempat ke tempat lainnya, menyisiri akuarium yang ukurannya sangat besar.
      "Itu kuda laut."
      "Kuda? Kuda itu kan, bertubuh besar seperti gajah, Ayah. Kenapa yang ini kecil?" tanyanya. Setahunya, kuda itu hewan berkaki empat yang hidup di daratan dan terkadang dijadikan sebagai penarik delman. Dia pernah menaiki kendaraan yang bernama delman tersebut beberapa waktu lalu.
      "Kalau yang tubuhnya besar itu kuda yang hidup di darat. Kalau yang ini kuda laut yang memang punya ukuran yang lebih kecil," jawab sang bunda dengan sabar dan tabah.
      "Ayah, kenapa hewan-hewan ini ada di sini? Dan kenapa mereka ditaruh di dalam kandang? Kan kasihan mereka nggak bisa bergerak bebas."
      "Kebun binatang itu ada memang tempat untuk melestarikan hewan-hewan supaya hewan itu tetap terjaga dan nggak punah. Apalagi hewan yang udah langka, itu harus dijaga. Walaupun mereka di sini hidup di dalam kandang, tapi mereka dirawat dengan baik sama petugas-petugas yang ada di sini, jadi jangan khawatir."
      Allea mengangguk, mengerti ucapan sang ayah. Dia merasa sangat puas datang ke kebun binatang ini, karena banyak menemukan hewan-hewan asing yang belum pernah dilihat sebelumnya, sehingga ia bisa tahu bagaimana bentuk-bentuk hewan itu. Ia juga banyak belajar dari ayah dan ibunya. Setelah mereka puas bermain dan belajar di kebun binatang itu, mereka pun beranjak dan bergegas untuk pulang.
      "Ayah, Bunda. Kapan-kapan kita pergi ke kebun tumbuh-tumbuhan juga, ya?"
     Ayah dan Bunda Allea saling pandang, kemudian mengangguk singkat membuat gadis kecil itu kegirangan dan berlari kecil ke arah kendaraan mereka untuk pulang ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H