Seperti yang kita ketahui pada 4 tahun silam, yaitu tanggal 24 oktober 2019, bahwa Indonesia resmi terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung pada 20 Mei-11 Juni 2023.
Hal ini merupakan momen paling penting dan bersejarah bagi sepak bola di Indonesia. Berbagai upaya dengan segala persiapan sudah dilakukan sejak Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun, perjuangan tersebut menjadi sia-sia karena dibatalkannya Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023.
Penyebab awalnya adalah adanya penolakan terhadap Timnas Israel sebagai peserta. Puncaknya adalah saat Gubernur Bali, I Wayan Koster membuat surat penolakan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) mengenai menolak keikutsertaan Israel dalam bertanding di Bali.
Tidak hanya itu, bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Prabwo, ikut serta dalam menolak Timnas Israel dalam bertanding di daerah Solo. Pada akihrnya, FIFA yang merupakan lembaga tertinggi dalam sepak bola dunia membuat pernyataan dengan keputusan bahwa Indonesia dihapus sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023.
Keputusan ini mengundang banyak kekecewaan dari sebagian masyarakat terutama Timnas dari Indonesia. Pembatalan tuan rumah FIFA U-20 ini pun memberi dampak kepada sektor di Indonesia, terutama kepada perekonomian Indonesia. Dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA menghasilkan kerugian hingga triliun rupiah.
Apa saja kerugiannya?
Langkah awal yang dilakukan pada tahun 2020 adalah Yoyok Sukawi (Komite Eksekutif PSSI) mengatakan bahwa pemerintah dalam mendukung Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023 memberikan dana sebesar 400 miliar sebagai persiapan pelaksanaan Piala Dunia.
Selain itu, mengenai fasilitas sebagai pendukung terlaksananya Piala Dunia terdapat 10 stadion yang akan digunakan dalam penyelenggaraan FIFA U-20 ini.
Namun keputusan pada tahun 2020, hanya 6 stadion yang akan dipakai, di antaranya adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Jakarabing (Palembang), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Manahan (Solo), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya) dan Stadion Kapten I Wayan Dipta (Bali).
Dari keenam stadion tersebut, Kementrian PUPR melakukan renovasi dan pemeliharaan stadion yang menghabiskan dana sebesar 314,28 miliar.
Tidak hanya itu, Pemerintah pun mengalokasikan dana kepada Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebesar 500 miliar untuk pengembangan olahraga sebagai salah satu persiapan Piala Dunia U-20 FIFA 2023.
Hilangnya potensi terhadap sektor perekonomianÂ
Dengan dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, tidak hanya negara yang mengalami kerugian tetapi mulai dari UMKM hingga bisnis besar mengalami hilangnya peluang dalam mendapatkan profit hingga miliaran.
Pertama, hilangnya potensi kunjungan pariwisata. Saat Asia Games 2018, jumlah kunjungan wistawan ke Indonesia naik mencapai 1,51 juta atau 8,44%.
Jika piala dunia ini tidak dibatalkan kemungkinan jumlah wisatawan akan bertambah naik daripada tahun 2018 karena berbagai masyarakat luar negeri akan lebih banyak yang datang ke Indonesia. Dengan adanya hal ini negara akan mengalami perputaran uang dengan baik karena sektor pariwisata memberikan kontribusi baik terhadap perekonomian indonesia.
Kedua, bisnis hotel. Pada saat Asia Games 2018, bisnis hotel mengalami peningkatan sebesar 60,01%. Peningkatan ini sebab hotel adalah salah satu akomodasi yang dibutuhkan dari setiap wisatawan yang datang ke Indonesia.
Namun, dengan dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-2-, tidak hanya berdampak kepada pendapatan hotel saja tetapi terhadap karyawan di dalamnya karena sudah besusah payah dalam mempersiapkan pelayanan yang terbaik.
Ketiga, sektor UMKM. Dampak yang paling terasa adalah dampak kepada sektor UMKM karena jika Indonesia tidak batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, maka pendapatan UMKM akan meningkat saat penyelengaraan Piala Dunia tersebut, mulai dari makanan, minuman, sampai merchandise. Terutama dari produsen, pembuat bahan baku, dan pelaku usaha mitra kecil.
Kerugian material yang dialami oleh UMKM salah satunya adalah kepada penjual merchandise piala dunia karena banyak UMKM yang sudah mengaluarkan biaya dan tenaga dalam membuat merchandise ini. Maka dengan dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ini membuat sebagian pelaku UMKM dan masyarakat merasa kecewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H