Mohon tunggu...
Amalia Salwa
Amalia Salwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maliki Malang

Little girl with big heart ♥

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Multiple Intelligent, Intrapersonal: Dari Aku, Untuk Aku!

18 Oktober 2022   15:12 Diperbarui: 18 Oktober 2022   15:20 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Written by Amalia Salwa -- 18 Oktober

Kecerdasan ganda (Multiple Intelligent) ini pertama kali dikenalkan pada tahun 1983 oleh seorang psikolog bernama Harvard Howard Gardner. Ia mengambil gagasan bahwa indikator kecerdasan individu tidak hanya berasal atau dapat diukur melalui tes IQ saja, namun ia percaya bahwa seseorang dapat belajar dengan cara apapun, akhirnya Gardner sampai pada penemuan 8 jenis kecerdasan yang ia sebut dengan Multiple Intelligent.

Mengutip dari Halodoc, Jakarta - Multiple Intelligent (kecerdasan ganda) dapat dibedakan menjadi delapan jenis, salah satunya adalah kecerdasan Intrapersonal. Dalam Ensipedia.id, Jakarta disebutkan bahwa jenis kecerdasaan ini dapat membantu dalam mengenali dan merefleksikan emosi, serta membentuk batasan diri. Kecerdasan Intrapersonal juga mampu menganalisis diri, memahami apa yang terbaik bagi diri sendiri, bagaimana seseorang menanggapi suatu kejadian, serta menyikapinya dengan baik dan intropeksi diri.

Sekarang kita bersama amati, sudahkah kita mampu menganalisis diri? Mampukah kalian menyebutkan kelebihan dan kekurangan diri? Lebih banyak mana, kekurangan atau kelebihan? Atau bahkan kalian tidak bisa menyebutkan salahsatunya? Dimana letak kesalahan kita dalam menganalisis diri sehingga kita bahkan tak mau menyebutkan kelebihan dengan lantang, atau memang kita tidak mampu?

Insecurity, anxiety, dan tidak percaya akan kemampuan diri, menjadikan mindset kita menolak validasi value dalam diri. Awalnya kita baik-baik saja dengan kemampuan diri, berlahan menjadi ketidak percayaan terhadap  diri, ujung-ujungnya yaa minder dan frustasi. Lantas apa relasinya terhadap kehidupan?

Sering membandingakan diri sendiri dengan orang lain adalah salah satu bentuk keminderan yang sering dialamai para kaum muda saat ini. Tidak dapat menganalisis dan melihat value dalam diri menjadi persoalan utama anak sulit mengekpresikan kelebihannya. Anak menjadi insecure, pemalu, dan pasif yang berakhir pada menyalahkan diri sendiri.

Dunia lain dilihat dari sisi negatif anak jika tidak dapat mengendalikan kecerdasan Intrapesonal sudah faham yaa? Sekarang persoalannya adalah bagaimana kita bisa menggunakan kecerdasan Intrapesonal itu agar dapat mencapai nikmatnya self love atau kecintaan terhadap diri sendiri hingga kita bisa merasakan titik dimana kita dapat berdamai dengan diri sendiri.

"Self love? Jika bukan kita lalu siapa lagi?"

Kalimat yang sering digembor-gemborkan dewasa ini sebagai bentuk kepedulain terhadap kesehatan jiwa atau bahasa gaulnya self mental health. Kata yang mudah diucapkan namun berat akan makna didalamnya. Bagi Sebagian orang mungkin pernyataan itu dianggap sederhana, namun untuk sebagian lagi sangat besar pengaruhnya.

Mengutip dari Gramedia.com "Self love itu sendiri memiliki arti mengenali diri sendiri dan mencintai diri yang bertujuan untuk kebahagiaan pada diri sendiri. Singkatnya, diri sendiri berhak bahagia dan bangga atas apa yang kita pilih dan lakukan.".

"Dari aku, untuk aku" secuil kalimat penyembuh agar kita mampu menerima apa adanya diri. Semua hal yang berasal dari dalam diri entah cenderung extrovert atau introvert yang penting tidak pasif dalam kepekaan terhadap lingkungan dan diri sendiri. Mau aktif atau hyperactive yang penting bisa membatasi diri agar tidak keluar track norma, agama, dan sebagainya. Cobalah menganalisis setiap kemungkinan yang ada dalam diri, buat itu menjadi strength dan validasi dengan tidakan positifmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun