Kemudian pada abad ke-19, empat tokoh besar dalam sejarah telah menaikkan prestige dan reidentifikasi umat Islam ke tingkat yang lebih baik dari masa sebelumnya, yakni Sayyid Muhammad bin Ali al-Sanusi di Libya, Jamaluddin al Afghani. Muhammad ‘Abduh dan Rasyid Ridha di Mesir, dan Mulla Hadi Sabziwari di Iran.
Di abad ke-20, revivalisme Islam kembali mendapatkan momentumnya melalui pemikiran dan gerakan Hasan al Banna, Sayyid Hawa, dan Sayyid Quthb di Mesir. KetIganya merupakan think tank gerakan Ikhwan al Muslimin, sebuah organisasi Islam terbesar di dunia yang ada di 70 negara dengan nama yang berbeda. Kemudian Badiuzzaman Said Nursi di Turki, ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) dan Darul Arqam di Malaysia, serta Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah-nya dan Gerakan Tarbiyah di Indonesia.
Ideologi Islam: Renewing Itself
Ideologi Islam berhadapan dengan loyalitas-loyalitas baru yang muncul di setiap zaman. Ia pernah berhadapan dengan penguasa dan kelompok-kelompok yang meminggirkannya, bahkan memusuhinya dalam lingkup publik. Akan tetapi, ideologi ini selalu muncul kembali sebagai salah satu penentu loyalitas serta identitas masyarakat yang paling signifikan di dunia Islam. Atheisme, sekulerisme, liberalisme, komunisme, materialisme, nyatanya tidak berhasil menembus benteng keimanan dan kecintaan banyak muslim terhadap ideologi Islam, hingga kini.
Ideologi Islam muncul dalam berbagai tipe. Ia diperbarui kembali, memjelma menjadi sebuah gerakan kembali, menjawab tantangan zaman kembali, dan berpengaruh kembali. Ideologi ini didekap mulai dari yang menafsirkan Al-Qur'an secara dangkal, hingga yang telah mencapai ma'rifat dalam kesufian. Ideologi ini tahan dari kelapukan, menyalahi tanggapan seorang orientalis yang mengatakan "Islam seharusnya berada di museum".
"Ideologi tak hanya sekadar abstrakis yang dicari di belahan otak mana pun, di lipatan kulit mana pun, dan di sel darah mana pun, tidak akan ditemukan. Ideologi itulah nyata yang lebih nyata daripada tinta. Nyata dalam darah yang tumpah di setiap peperangan. Nyata dalam kejatuhan-kejatuhan. Nyata dalam teriakan revolusi dari timur hingga barat. Nyata dalam pertemanan dan permusuhan."
Referensi:
Ali A. Allawi (2015) Krisis Peradaban Islam. Antara Kebangkitan dan Kerutuhan Total. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Chandra Muzaffar, “Kebangkitan Islam: Suatu Pandangan Global dengan Ilustrasi dari Asia Tenggara” dalam Saiful Muzani (Ed) (1993). Perkembangan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
John L. Esposito (1994) Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?. Bandung: Penerbit Mizan.
Shireen T.Hunter (2001) Politik Kebangkitan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.