Mohon tunggu...
Amalia Safitri
Amalia Safitri Mohon Tunggu... Lainnya - sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gemar membaca novel, dan suka mendengarkan musik selain itu memiliki hobi traveling dan belanja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tata Cara Dakwah di Era Digital, Strategi Efektif untuk Menjangkau Masyarakat Online

17 Juni 2024   23:50 Diperbarui: 18 Juni 2024   00:10 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1.  by: pintrest dribbble

Oleh: Syamsul Yakin dan Amalia Safitri  (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Tidak dapat disangkal bahwa Dai adalah anggota komunitas online. Dai memungkinkan kita dengan mudah berbagi pesan dakwah dalam hitungan detik  melalui blog, media sosial terintegrasi, wiki, forum, dan dunia maya yang disediakan dan didukung oleh penyedia internet.

Dai dapat berpartisipasi dalam Narrative War sebagai anggota komunitas online. Secara tradisional, perang naratif dapat dilakukan secara tatap muka, namun di era masyarakat online, perang naratif dapat dilakukan perang cerita di dunia dakwah yang merupakan kegiatan virtual dimana para Dai mengutarakan ide dan gerakannya serta mengajak komunitas online untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan.

Dikatakan bahwa konten yang kontradiktif begitu lazim di masyarakat online sehingga terjadi perang cerita. Agar berhasil menarik, mengundang, dan mempengaruhi opini publik secara online, seorang Dai perlu memanfaatkan sejumlah petunjuk, teknik, tip, dan trik.

Pertama, saat browsing platform, seseorang harus mampu "membangkitkan" emosi komunitas online, seperti kesedihan, kegembiraan, reaksi, kemarahan, dll. Agar lebih menarik, konten yang sang Dai kirimkan tidak boleh lebih dari 3 menit, dengan resolusi video dan rasio aspek  yang direkomendasikan oleh pakar komunikasi. Jika ingin teks singkat tentang gambar (caption), sebaiknya dalam bahasa standar. Ini adalah salah satu aspek keterampilan khusus multimedia yang dipahami oleh para pengkhotbah, setidaknya secara global. Aspek lain dari konten seseorang (baik teks maupun gambar) harus didasarkan pada data dan penelitian. Mereka dinilai memiliki wawasan interdisipliner sehingga akan disegani di komunitas online ke depannya.

Kedua, dapat dipastikan bahwa komunitas online yang menjadi bahan ceramah khatib berasal dari Manhaj dan mazhab Islam yang berbeda. Alternatifnya, dalam konteks sosiopolitik, komunitas online mencakup berbagai organisasi massa dan afiliasi politik. Untuk itu, teks dan gambar yang dibagikan harus bersifat inklusif, toleran, dan moderat. Saat ini, masyarakat bersifat moderat, cerdas, toleran, inklusif, dan umumnya memiliki lebih banyak pengikut  dan pengikut (Instagram dan Tik Tok), tweet (Twitter), pelanggan (YouTube), teman (Facebook), dan akan banyak dan disukai.

Ketiga, untuk itu seorang Dai harus (pasti) memiliki akun  media sosial resmi yang dianggap populer, seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, atau Twitter. Kata sandi diperlukan untuk memastikan keamanan semua akun.

Keempat, mau tidak mau  sukses  berdakwah di komunitas online memerlukan tim ahli teknologi informasi. Tugas tim  adalah menciptakan sistem komputer, jaringan, dan aplikasi baru, termasuk pemantauan, keamanan akun, dan pemeliharaan.

Inilah tips-tips yang dapat digunakan oleh para dai agar berhasil berdakwah di tengah masyarakat online yang terus mengalami perubahan dan perkembangan pesat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun