Terkunci di Toilet
Pada libur kenaikan kelas, saya sekeluarga pergi bersilaturahmi ke rumah nenek di Bandung, Jawa Barat. Saya masih ingat saat itu kami menginap di rumah kami yang berada di Cimahi. Liburan selama satu minggu diisi dengan berbagai kegiatan. Seperti pergi ke pusat perbelanjaan, tamasya ke taman dan kebun, bermain ke beberapa tempat rekreasi, dan sebagainya.
Pernah suatu hari, saya tidak mau ikut pergi ke tempat hiburan bersama keluarga. Lantaran lelah terus-menerus pergi ke suatu tempat. Ketika keluarga saya pergi, mereka berpesan pada saya agar pintu rumah dikunci agar tidak ada orang mencurigakan memasuki rumah. Saya pun menguncinya.
Sembari menunggu kepulangan mereka, saya memutuskan untuk berbaring di atas kasur sambil menonton TV dan memakan camilan di kamar saya. Kebetulan kamar saya berada di lantai dua. Hingga akhirnya saya ingin buang air kecil. Pergilah saya ke toilet yang berada di dalam kamar saya. Tiba-tiba ketika saya hendak keluar. Pintu toilet tidak mau terbuka. Saya panik, lalu menenangkan diri. Hingga akhirnya setelah cukup lama mencoba membuka pintu, pintu toilet itu tetap tidak mau terbuka. Saya pun panik sejadi-jadinya. Apa yang harus saya lakukan saat itu. Saya bingung tak karuan. Makin panik saya ketika ingat bahwa pintu rumah telah saya kunci. Siapa yang akan membukakan pintu toilet ini jika tidak ada yang bisa masuk rumah? Otak saya berputar-putar saat itu, Tak tahan dengan keadaan saat itu, saya pun menangis. Cukup memalukan saat itu saya menangis cukup keras. Saya bahkan stres mengkhayalkan apabila keluarga saya mengira sesuatu yang buruk terjadi akibat pintu rumah yang tidak dibukakan oleh saya. Campur aduk pikiran saya saat itu.
Sambil bingung memikirkan apa yang harus saya lakukan. Pintu toilet itu sudah hampir hancur lantaran saya memukul-mukulnya agar dapat terbuka. Bahkan sampai ventilasi udara di bawahnya rusak parah. Tetapi tetap saja saya terkurung di dalamnya. Sungguh menyebalkan mengetahui toilet itu berada di lantai dua di mana bila saya berteriak sekencang-kencangnya, tidak akan ada yang mendengar. Sambil masih tergerai air mata, saya melihat-lihat sekitar toilet. Seketika itu pula saya melihat gunting di tempat peralatan mandi saya. Tanpa pikir panjang, saya ambil gunting itu dan memakainya untuk mengutak-atik kenop pintu toilet tersebut. Trak. Begitu senangnya saya ketika sadar itu berhasil. Terbukalah pintu menyebalkan itu dan saya pun terbebaskan. Sungguh lega hati dan pikiran saya saat itu. Tak lama kemudian keluarga saya kembali dan amat sangat terkejut melihat pintu toilet kamarku yang sudah hancur. Saya pun menceritakan apa yang terjadi. Setelah mendengar penjelasan saya, mereka tertawa dan menyuruhku lebih berhati-hati lagi. Sungguh menyebalkan hari itu. Semenjak kejadian itu pula, saya tidak pernah mau ditinggal pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H