Mohon tunggu...
Amalia Putri
Amalia Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Manajemen Universitas Pembangunan Jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Minang Dalam Adat Pernikahan

20 Desember 2023   08:00 Diperbarui: 20 Desember 2023   08:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara dengan ragam budaya dan adat istiadat yang sangat beragam dari setiap daerahnya. Tak dimungkiri, keberagaraman adat ini sudah mendarah daging di seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali adat pernikahan. Salah satu daerah yang sangat kental akan adat pernikahannya ialah daerah Pariaman, Sumatra Barat. Daerah Pariaman memiliki satu adat pernikahan yang cukup fenomenal dan terdengar tidak biasa bagi sebagian orang yang tinggal di luar dari Sumatra Barat, yaitu Bajapuik.

Bajapuik merupakan tradisi dalam pernikahan masyarakat Pariaman yang di mana calon wanita akan menjemput dan membeli calon pengantin pria. Tradisi ini dilakukan dengan pihak dari keluarga calon mempelai wanita memberikan sejumlah uang atau benda berharga yang disebut pitih japuik kepada calon mempelai pria. Pitih japuik merupakan hal yang berbeda dari mahar, di mana pitih japuik diberikan sebelum akad pernikahan berlangsung.

Tujuan dari diadakannya'' tradisi bajapuik adalah untuk mempererat tali kekeluargaan dan saling menghormati antara kedua belah pihak calon keluarga mempelai''(Fajri,2019,Menjemput Calon Pengantin Pria Dalam Pernikahan Adat Di Pariaman, hipwee.com). Selain itu, uang atau benda berharga yang berikan oleh calon mempelai wanita itu bertujuan sebagai pengganti mempelai pria dikeluarganya sehingga keluarga dari pria tidak merasakan kesepian serta kehilangan.

Namun, banyak sekali kekeliruan yang terdapat di tradisi bajapuik ini. Salah satunya adalah kata "membeli". Tradisi bajapuik sebenarnya memiliki makna menjemput, bukan membeli. Sehingga makna dari tradisi ini ialah keluarga calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria karena ''calon mempelai pria dianggap sebagai tamu yang harus dimuliakan''. Oleh karena itu, calon mempelai pria akan dijamu dengan menggunakan uang atau benda berharga serta dijemput oleh keluarga calon mempelai wanita.

''Uang atau barang yang digunakan juga menjadi salah satu simbol keluarga calon mempelai wanita untuk menghargai dan menghormati calon mempelai pria''(fauzi,2023,Makna Tradisi Laki-Laki Bajapuik Di Sumatra Barat,Halua.com). Nilai yang harus diberikan kepada calon mempelai pria juga tidak bisa sembarangan atau semau keluarga calon mempelai wanita. Sebelum adanya perubahan, tolak ukur untuk uang japuik ini bukanlah uang, melainkan emas atau ameh. 

Nilai yang diberikan ialah satu ameh atau sekitar 2,5 gram emas. Namun dengan adanya perubahan terhadap tradisi bajapuik ini, nilai uang japuik harus disesuaikan dengan status sosial calon mempelai pria. Seperti berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, serta jabatan seorang laki-laki. Apabila calon mempelai pria sudah dinilai mapan, maka nilai uang japuik yang harus diberikan juga makin besar.

Walaupun keluarga calon mempelai wanita yang memberikan uang japuik, tetapi hal ini dilakukan dengan kesepakatan antar dua belah pihak. Sehingga baik keluarga calon mempelai wanita maupun keluarga calon mempelai pria akan berdiskusi untuk nilai atau bentuk dari uang japuik yang akan diberikan nantinya. Selain harus dinilai dari status sosial calon mempelai pria, uang japuik juga dapat menyesuaikan tingkat kemampuan ekonomi keluarga calon mempelai wanita.

Selain kata "membeli", kekeliruan yang terdapat di tradisi bajapuik ini juga mengenai derajat sang calon mempelai pria. Banyak kesalahpahaman yang terjadi yang menilai bahwa tradisi ini mengartikan bahwa keluarga calon mempelai wanita membeli calon mempelai pria untuk dinikahi. Pada kenyataannya, tradisi bajapuik dilakukan untuk meninggikan derajat serta memuliakan calon mempelai pria bagi masyarakat Pariaman. Dengan makna tradisi ini, keluarga calon mempelai wanita menghargai keluarga calon pria yang telah melahirkan, merawat, dan mendidik sang calon mempelai pria. Sehingga dengan adanya tradisi bajapuik, derajat calon mempelai pria Pariaman akan meningkat.

Mungkin masih banyak sekali yang belum mengetahui bahwasanya uang japuik yang diberikan oleh keluarga calon mempelai wanita sebagai jamuan untuk menjemput calon mempelai pria ini akan dibalas oleh keluarga calon mempelai pria. Sehingga bukan hanya keluarga calon mempelai wanita saja yang memberikan uang atau barang sebagai simbolis untuk menghormati pihak calon mempelai pria, tetapi pihak calon mempelai pria pun memberikan balasan berupa hadiah, seperti perhiasan, pakaian, dan barang-barang lain. Jadi kedua belah pihak saling memberi

Menurut saya, mungkin adat tersebut kurang pas karena di mana kita ketahui di dalam rumah tangga yang mempunyai kewajiban untuk memberi atau menafkahi istri dan keluarga ialah sang suami bukan sebaliknya. Tetapi balik lagi ke topik yang kita bahas ialah tentang budaya di mana kita dapat saling menghargai budaya satu sama lainnya.

Tradisi ini menyimpan banyak sekali makna yang belum diketahui oleh banyak orang. Keindahan dari makna tradisi bajapuik yaitu untuk menghormati satu sama lain membuat eratnya budaya yang masih terlestarikan dengan baik oleh masyarakat Pariaman ini dinilai fenomenal dan asing bagi sebagian orang yang tidak di luar Sumatra Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun