Mohon tunggu...
Amalia Nina Purwari
Amalia Nina Purwari Mohon Tunggu... -

Green Lover. Writer. Traveler.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Muntoro

6 Juli 2014   04:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:18 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satu per satu orang-orang mulai meninggalkan ruangan ber-AC tersebut. Aku segera menghampiri bapak pengisi materi acara pelatihan dan pendidikan wirausaha beberapa jam yang lalu dan sangat tertarik dengan tawarannya. Dari kelima produk yang akan diolah, kacang panjang lah yang memikat hatiku. Namun ternyata aku kalah gesit. Perempuan sebaya dan se-fakultas denganku telah mengambil pujaan hatiku duluan. Aah.. sayang sekali.

Lalu produk kedua yang aku ingin kembangkan ialah lengkeng putih. Putih? Iya putih.. Lengkeng dengan kulit luar berwarna putih dan manis tersebut merupakan satu-satunya di dunia karena varietas yang baru ditemukan oleh Haji Eng. Setelah diskusi beberapa menit dengan Pak Bon alias Bapak Kebon yang bernama asli Pak Muntoro itu aku mendapatkan kontaknya jika ingin konsultasi lebih lanjut. Usai itu, aku juga ingin meminta beberapa materi tadi dari mahasiswa lain se-almamater ku karena ia meminta lebih dulu kepada operator dan aku juga kebetulan tidak membawa flashdisk.

Lanjut cerita, aku berpapasan dengan Pak Mun di depan pintu keluar, sebutan akrabnya, dan menanyakan apakah hari itu beliau ada waktu. Aku masih bingung dalam pembuatan proposal yang akan diajukan. Nah.. Disini aku berbicara dan menambah banyak ilmu & wawasan dari beliau selama dua jam.

Ia, setahuku, memang salah satu dosen di fakultas-ku namun bukan di sama jurusan. Ia dosen pintar dan baik hati di Agribisnis. Itu ku tahu dari teman kos dan teman yang lain. Beliau terkenal sangat ramah dan tidak membuat rentang antara dosen dan mahasiswa seperti yang kebanyakan dosen lainnya lakukan. Pak Mun ternyata dahulu adalah seorang salesman yang tidak sedikit orang menganggapnya remeh. Namun lambat laun dan dengan jurus jitunya ia dapat naik jabatan menjadi Manager Salesman.

Benar-benar tak ku sangka. Ia merintis berbagai usaha mulai dari nol. Bukan dengan modal besar. Beliau memiliki rumah makan, direktur kebun, mulai dari lada, lengkeng, dll. Ia juga dikenal oleh banyak pedagang buah di sekitar Kota Pangkalpinang karena lumayang sering memesan buah dan terkenal jujur.

"Cari dan tanyakan saja pada pedagang besar buah-buahan di pasar Induk, jangan bilang kalau kalian mahasiswa Muntoro. Apakah saya ornag jujur atau tidak?" Tuturnya.

Tanpa ke pasar pun aku tahu sejatinya Pak Mun memang orang yang jujur. Bukankah orang yang jujur dapat dilihat dari cara bicara dan tatapan matanya?

Maka kesimpulannya adalah aku sangat bersyukur dapat bertemu langsung dan bertatap muka dengan Pak Mun yang selama ini aku dengar saja di telinga tentangnya. Dalam pelatihan tersebut aku banyak tahu tentang beliau dan impiannya mendirikan kebun wisata di kampus Universitas Bangka Belitung seperti tempat agrowisata lainnya. Aku ingin sekali mengikuti jejak beliau yang dulunya anak tak punya ketika kuliah. Sama denganku saat ini. Sebenarnya masih banyak makna pembelajaran yang aku dapat tetapi tak mampu jari-jemariku menari lama diatas keyboard ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun