Mohon tunggu...
Amalia Quetianve
Amalia Quetianve Mohon Tunggu... -

Apapun Masalahmu Tersenyumlaaah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aku Iri

24 September 2012   08:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13484742161064345515

Aku sendiri disini, berdebu dan usang meski tertutup plastik , lihatlah, aku versi pertama dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, dilengkapi dengan Ejaan Yang Disempurnakan, tetapi tak ada yang menyentuhku, bahkan membeliku, mungkin karena  hargaku yang mahal, warnaku yang suram  atau mungkin jumlah halamanku yang tebal, tak mungkin mereka tak menyukaiku, karena  aku mencangkup semua pembelajaran bahasa nasional Republik Indonesia, namun kenyataannya mereka tidak menyukaiku,tidak menghargaiku, aku melihatnya, dengan leluasa mereka membeli buku praktis  belajar bahasa asing, warnanya yang menarik perhatian dan pembahasannya yang tidak membosankan, disertai gambar-gambar menarik perhatian supaya mudah mempelajarinya, aku iri, kapan aku akan dirancang seperti itu? Sehingga mereka tertarik padaku, aku heran, mengapa mereka lebih tertarik belajar bahasa lain dari pada bahasa nasional sendiri? Mengapa? Padahal tidak ada bahasa yang lebih baik dari bahasa lainnya. Apa bahasa nasional akan tergeser oleh bahasa asing? Mungkinkah bahasa inggris? tidak bisakah kalian setia? Tidak bisakah kalian bangga dengan bahasa nasional sendiri layaknya masyarakat jepang, yang bangga dengan bahasanya tanpa mempedulikan bahasa internasional?. Aku telah dibuat beberapa versi agar menarik perhatian kalian para anak muda penerus bangsa, namun yang membeliku, yang menyentuhku hanya orang-orang tua untuk sekadar melihat-lihat,dan sekkadar memperbaiki bahasa penulisan dalam makalah maupun skripsi .

Bahasa asing yang masuk seolah menjadi tujuan untuk dipelajari supaya terlihat gaul, kondisi seperti ini seolah-olah menggambarkan Bangsa indonesia sebagai multibahasa, dimana terdapat bermacam-macam bahasa didalamnya, ada bahasa ibu, bahasa gaul, bahasa asing, serta bahasa yang akhir-akhir ini menjadi panutan yaitu bahasa alay. Aku tak mau diduakan atau bahkan dilimakan.

Apa ada yang salah dengan bahasa indonesia, sehingga aku diperlakukan seperti ini? Apa aku tidak modern? Aku modern. Salah satu pertimbangan pendahulu kita memilih bahasa Indonesia menjadi bahasa negara adalah karena bahasa Indonesia memenuhi syarat-syarat demokratis untuk dijadikan bahasa modern itu kata Bapak Habibie, mantan presiden Republik Indonesia.

Mereka selalu menggembor-gemborkan cintai bahasa indonesia di berbagai media, entah cetak, maupun elektronik, fasilitas umum, serta fasilitas milik pemerintah. Namun pada kenyataannya, para media itu pula lah yang memperkenalkan bahasa asing, mulai dari komposisi sebuah produk makanan, dengan maksud menyombongkan keterpelajaran, maupun dengan maksud membohongi orang awam yang tidak mengerti, sampai dengan fasilitas umum yang menurut mereka lebih dimengerti dengan menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia.

Ini menunjukkan sikap berbahasa masyarakat penutur bahasa indonesia yang kurang positif.

Dilihat dari ujian nasional atau UN, nilai bahasa indonesia adalah nilai terendah dari mata pelajaran yang di UN-kan, Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas, Mansyur Ramly, mata pelajaranbahasaIndonesia masih menjadi momok menakutkan . Hal itu bisa dilihat dari hasil UN murni. Sakit rasanya.

Dalam hal mencari pekerjaan, hanya orang-orang yang mahir berbahasa asing saja yang bisa lega. Mengapa? Mengapa mereka memperlakukan bahasa Indonesia seperti itu?. Mengapa mereka enggan mempelajariku. Mengapa?.

Andai saja aku bisa meneriaki mereka, memalukan, bahasa sendiri saja belum bisa mau menyombongkan diri memakai bahasa lain. Aku iri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun