Mohon tunggu...
Amalia FitriDwi
Amalia FitriDwi Mohon Tunggu... Guru - Teacher and student

belajarlah sampai kamu mati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Experiental Learning David Kolb

10 Desember 2021   14:25 Diperbarui: 10 Desember 2021   14:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Experiental Learning

David Kolb merupakan seorang filsuf yang beraliran humanistic. Dimana aliran ini melihat pada perkembangan manusia. Teori yang dikembangkan oleh kolb ini merupakan pengembangan dari filsuf seperti John Dewey, Piaget, Kurt Lewin tentang pengalaman pandangan belajar. David Kolb berhasil mengembangkan teori experiental learning yang menekankan pada model pembelajaran yang holistic dalam proses belajar.

Experiental learning teori ini merupakan pembelajaran sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan dihasilkan dari kombinasi menggenggam dan mengubah pengalaman. Tujuan teori ini adalah untuk mengajak siswa memandang secara kritis kejadian yang ditemukannya pada kehidupan sehari-hari dan melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apa yang terjadi sehingga dapat menarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.

Teori experiental learning menggambarkan siklus yang memuat empat elemen yaitu, concrete experience (emotions), reflective observation (watching), abstract conceptualization (thinking), active experimentation (doing). Abstract conceptualization yaitu siswa belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Concrete experience elemen yang memuat bahwa siswa belajar melalui perasaan dengan menekankan segi-segi pengalaman konkret. Reflective observation elemen ini memuat bahwa siswa belajar melalui pengamatan. Active experimentation elemen ini memuat bahwa siswa belajar melalui tindakan.

4 elemen pada siklus Kolbs tersebut memperlihatkan proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Melalui proses refleksi, seseorang berusaha memahami apa yang terjadi atau yang dialaminya. Refleksi ini menjadi dasar proses konseptualisasi atau proses pemahaman yang mendasari pengalaman yang dialami serta perkiraan kemungkinan pengaplikasiannya dalam situasi atau konteks yang lain (baru). Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak. Pengertian dan konsep abstrak itu menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau prilaku-prilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikatagorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikatagorikan dalam proses penerapan (taking action).

Terdapat beberapa gaya yang digunakan dalam experiental learning oleh col yaitu terdapat diverger, diverger ini merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan pendekatannya lebih mengamati dan bukan bertindak, biasanya tipe ini melihat situasi konkret dari banyak sudut yang berbeda. Tipe yang kedua adalah Assimilator, tipe ini merupakan kombinasi dari berpikir dam mengamati, assimilator ini memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumnya kedalam suatu format yang logis, singkat dan jelas.

Tipe yang ketiga adalah Accomodator, tipe ini merupakan kombinasi antara perasaan dan tindakan. Tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukan sendiri. Tipe yang terakhir adalah convergeter, tipe ini merupakan gabungan antara berpikir dan berbuat, tipe ini biasanya unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori.

Experiental learning ini memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah terdapat kelebihan yaitu dapat meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri, meningkatkan komitmen dan tanggung jawab. Selanjutnya terdapat kekurangan yaitu model ini masih terlalu luas cakupannya, siswa kadang merasa malu dan tidak percaya diri untuk mencurahkan pengalamannya, membutuhkan banyak persiapan dan peralatan, membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun