Yogyakarta--Pasar Beringharjo adalah salah satu pasar di Yogyakarta yang terletak di Jalan Marga Mulya nomor 16, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta, tepatnya terletak di utara Benteng Vredeburg, Malioboro. Lokasi Pasar Beringharjo strategis dengan alun-alun dan keraton. Pasar Beringharjo merupakan pasar tertua di Yogyakarta yang dulunya dinamakan Pasar Gedhe dan sudah lama telah menjadi salah satu pusat perekonomian di Yogyakarta. Suasana di Pasar Beringharjo sangatlah ramai ditambah saat weekand atau hari libur tiba. Untuk dapat masuk kedalam pasar ini, pengunjung tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Pengunjung bebas masuk kedalam pasar untuk melihat-lihat sekeliling pasar. Biaya hanya dikeluarkan saat pengunjung ingin membeli barang-barang yang diinginkan. Saat pagi hari, tepatnya pukul 10.00 semua masyarakat yang berada di Pasar Beringharjo diwajibkan berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.Â
Walaupun Pasar Beringharjo merupakan pasar tradisional, tetapi diarea pasar banyak atm tempat mengambil uang yang biasanya sebagian anak gen-z lebih suka memakai dompet digital dibanding uang cash karena pada zaman sekarang dinilai lebih simpel. Sedangkan di pasar tradisional tidak banyak yang bisa di bayar menggunakan transaksi online. Berbeda dari pasar tradisional lainnya, pasar ini sudah dilengkapi dengan fasilitas eskalator yang memudahkan akses naik turun pasar bagi pengunjung.
Pasar Beringharjo memiliki beberapa lantai yang menawarkan beraneka ragam pakaian seperti batik, tenun, blangkon, di pasar ini juga menawarkan pernak-pernik, berbagai sovenir, jejamuan, kebutuhan pangan dan lain sebagainya. Selain menawarkan beraneka ragam pakaian, pernak-pernik, jejamuan dan kebutuhan lainnya ternyata di Pasar Beringharjo juga menawarkan berbagai macam jajanan seperti dawet ayu, clorot, brem dan masih banyak lagi. Dan di pasar ini juga masih banyak yang menawarkan makanan-makanan legendaris seperti sate kere.
Sate Kere merupakan makanan legendaris yang banyak diminati oleh pengunjung Pasar Beringharjo karena namanya yang unik. Jika di solo Sate Kere berasal dari Tempe Gembus yang berbahan dasar ampas tahu, berbeda dengan di Yogyakarta. Pada umumnya kere berarti miskin yang menggambarkan bahwa sate ini dinamakan Sate Kere dikarenakan pada zaman dahulu masyarakat kalangan bawah merasa tidak mampu membeli daging sapi yang harganya cukup mahal dan tidak pas dikantong mereka lalu akhirnya, yang mampu mereka beli yaitu bagian otot sapi yang dinamakan koyor atau sandung lamur yang konon harganya lebih murah. Salah satu Sate Kere yang terkenal di Pasar Beringharjo yaitu Sate Kere Mbah Suwarni yang terletak di bawah jembatan penyebrangan pasar, pintu masuk sebelah selatan Pasar Beringharjo.
"Bahannya dari sandung lamur bukan lemak". Kata mbah suwarni. Nah menurut mbah Suwarni Sate Kere terbuat dari daging sandung lamur. Sandung lamur merupakan  bagian dada bawah sapi tepatnya di dekat kaki depan tetapi bukan lemak atau gajih akan tetapi bagian ini merupakan bagian yang berlemak. Sate Kere Mbah Suwarni sudah berdiri hampir 50 tahun yaitu sejak tahun 1984. Mbah Suwarni menjual sate kere dari jam 10.00 sampai sore hari dengan mematok harga 4.000 rupiah per satu tusuk. Tidak hanya Sate Kere tetapi Mbah Suwarni juga menjual Sate Daging dan Jeroan terutama dibagian ginjal yang bisa dibeli dengan harga 5.000 rupiah per satu tusuknya.
"Kalau hari sabtu minggu jam satu jam dua udah habis".Tutur mbah Suwarni. Sate ini banyak sekali diminati pengunjung terutama pada hari sabtu dan minggu dimana sate sudah habis walaupun masih jam satu atau dua siang. Pelanggan Sate kere mbah Suwarni sangatlah beragam, mulai dari kalangan orang biasa sampai pejabat pernah mencicipi sate kere buatannya. Menurut mbah Suwarni, yang Kini membuat Sate Kere mbah Suwarni semakin banyak yang penasaran akan nikmatnya rasa sate kere khas buatannya yaitu waktu Bapak Presiden Joko Widodo mantu pesan sate kere buatannya. Saking viralnya Sate Kere ini pernah dikunjungi Bapak Menteri BUMN Erick Thohir. Setelah menikmati Sate Kere ini pengunjung dapat melanjutkan perjalanannya dengan melihat segala sisi pasar dan keanekaragaman yang dijual di pasar ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H