Klub sepak bola tidak terlepas dari dukungan penggemar, peran penggemar sangat penting bagi klub sepak bola. Seringkali para penggemar dianggap sebagai pemain ke 12, karena kehadiran mereka di lapangan sangat dibutuhkan pemain untuk mendukung klub kesayangannya. Adanya penggemar membuat pemain mendapat dukungan moril dan sumber semangat bagi pemain yang akan bertanding.
Penggemar sepak bola biasanya identik dengan laki-laki, sehingga ketika ada perempuan yang menyukai sepak bola akan selalu dipandang sebelah mata. Mereka menganggap sepak bola adalah “A Man’s Game”, yang berarti hanya laki-laki yang boleh menyukai sepak bola. Padahal sepak bola tidak memandang jenis kelamin, usia, jabatan, agama dan ras. Semua orang berhak merasakan euphoria dan indahnya permainan sepak bola.
Pandangan sebelah mata kepada mereka sering dilakukan. Fans sepak bola wanita dianggap tidak paham sepak bola dan hanya mengagumi ketampanan pemain bukan skill pemain. Walaupun memang ada yang seperti itu, tidak bisa di generalisir semua perempuan yang menyukai sepak bola sama seperti itu. Mereka selalu dituduh hanya untuk mencari eksistensi para laki-laki. Padahal mereka menyukai sepakbola hanya karena ingin menikmati pertandingan yang disuguhkan kepada penggemar.
Diskrimanasi terhadap perempuan penggemar sepak bola tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun di dunia maya pun banyak yang melakukan diskriminasi tersebut. Banyak dari mereka yang memberikan komentar kebencian terhadap perempuan yang menyukai sepak bola dengan mempertanyakan kebenaran “apakah mereka benar-benar paham sepak bola atau hanya mencari eksistensi laki-laki saja?”. Seringkali para laki-laki dengan sengaja memancing emosi dari penggemar perempuan karena perempuan dianggap mudah baperan, padahal stereotip terhadap emosional perempuan ini tidak mendasar.
Sepak bola masih begitu jelas berpihak pada stereotip patriarki yang menganggap perempuan tidak setara dengan laki-laki. Sehingga para laki-laki menganggap perempuan dapat dijadikan objek pelecehan dan kekerasan seksual karena mereka memiliki kuasa terhadap perempuan.
Pada kesimpulannya, stigma negative terhadap perempuan penggemar sepak bola harus dihilangkan. Mulai dari sekarang normalisasikan perempuan menyukai sepak bola bukan karena untuk mencari perhatian laki-laki tetapi karena mereka antusias terhadap olahraga tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H