Kondisi kehidupan lansia di Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar yang mencerminkan adanya kekurangan signifikan dalam sistem dukungan sosial dan keluarga. Kasus-kasus yang mengungkapkan situasi memprihatinkan para lansia, seperti penemuan jenazah lansia yang telah menjadi kerangka di Makassar dan jenazah tanpa identitas di Sidoarjo, menunjukkan betapa pentingnya adanya sistem yang lebih baik untuk melacak dan merawat lansia. Isolasi sosial dan kurangnya dukungan dari keluarga menjadi masalah utama yang harus diatasi.
Kasus-kasus tragis seperti penemuan jenazah yang terabaikan dan cerita tentang lansia yang dibuang oleh keluarga mereka mencerminkan adanya celah besar dalam sistem sosial kita. Penemuan jenazah yang telah menjadi kerangka di Makassar menunjukkan betapa terisolasinya lansia ini, tidak hanya dari dukungan sosial tetapi juga dari perhatian dasar. Demikian pula, penemuan jenazah tanpa identitas di Sidoarjo menunjukkan kekurangan dalam sistem pendaftaran dan pengelolaan data lansia yang dapat mengakibatkan situasi yang sangat memprihatinkan.
Cerita Bu Trimah, yang dibuang ke panti jompo oleh anak-anaknya, membuka diskusi penting tentang pergeseran tanggung jawab keluarga terhadap orang tua. Dalam banyak budaya, merawat orang tua merupakan kewajiban moral dan sosial yang tidak bisa diabaikan. Namun, dengan perubahan sosial dan ekonomi yang cepat, tanggung jawab ini sering kali dianggap beban oleh banyak anak. Panti jompo, yang seharusnya berfungsi sebagai tempat perlindungan dan perawatan, sering kali tidak dapat menggantikan kehadiran dan perhatian keluarga. Hal ini menyebabkan banyak lansia merasa ditinggalkan dan terasing.
Isolasi sosial adalah masalah utama yang dihadapi banyak lansia di Indonesia. Kehilangan pasangan hidup, keterbatasan mobilitas, dan perubahan dalam struktur keluarga sering kali menyebabkan keterasingan sosial yang mendalam. Kesepian yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik lansia, meningkatkan risiko depresi, gangguan jantung, dan penyakit kronis lainnya. Oleh karena itu, penting untuk membangun dan menjaga jaringan sosial yang kuat untuk mendukung kesejahteraan lansia.
Kesulitan ekonomi juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Banyak lansia hidup dalam kondisi finansial yang sulit, terutama jika mereka tidak memiliki tabungan atau pensiun yang memadai. Kesulitan ini memaksa mereka bergantung pada bantuan sosial yang sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan perawatan kesehatan. Hal ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam sistem dukungan finansial dan sosial untuk lansia, termasuk peningkatan program pensiun dan bantuan keuangan.
Perencanaan keuangan yang matang sangat penting dalam mempersiapkan masa tua. Memulai tabungan dan investasi sejak dini adalah langkah kunci untuk memastikan keberlanjutan finansial di usia lanjut. Selain itu, memiliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa dapat memberikan perlindungan terhadap biaya medis yang tinggi dan menjaga keamanan finansial. Sayangnya, banyak orang yang baru mulai memikirkan perencanaan keuangan menjelang usia tua, menunjukkan perlunya edukasi yang lebih baik tentang pentingnya perencanaan keuangan.
Kesehatan fisik dan mental adalah aspek penting lainnya dalam mempersiapkan masa tua. Mengadopsi gaya hidup sehat yang mencakup pola makan yang seimbang, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah penyakit dan menjaga kesehatan. Kesehatan mental juga sangat penting, terutama karena lansia sering kali menghadapi risiko depresi dan kecemasan. Terlibat dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti membaca atau belajar keterampilan baru, dapat membantu menjaga kesehatan mental. Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres juga krusial dalam menghadapi perubahan di usia lanjut.
Hubungan sosial yang positif berkontribusi besar pada kesejahteraan lansia. Menjaga hubungan dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kualitas hidup. Bergabung dengan kelompok atau klub sesuai minat pribadi, seperti klub seni, olahraga, atau hobi, dapat memberikan rasa tujuan dan keterhubungan.Â
Mengikuti kegiatan sosial secara teratur juga dapat meningkatkan kesehatan mental dan memberikan dukungan emosional. Mentalitas positif juga memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan di usia lanjut. Dengan sikap yang optimis dan fleksibel, lansia dapat beradaptasi dengan lebih baik dan mempertahankan kualitas hidup yang baik. Terlibat dalam aktivitas yang memberikan makna, seperti menjadi sukarelawan atau berkontribusi pada proyek komunitas, dapat memberikan rasa pencapaian dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa lansia mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Ini termasuk memperbaiki sistem dukungan sosial, meningkatkan layanan perawatan, dan memperhatikan kebutuhan khusus lansia. Dengan melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk lansia, sehingga mereka dapat menjalani masa tua dengan rasa aman dan penuh makna.