Mohon tunggu...
Amal Alghozali
Amal Alghozali Mohon Tunggu... -

Seorang pengusaha dan pelatih bisnis. Peraih penghargaan Outstanding Asia Pacific Entrepreneurship Award 2009 yang menggeluti bisnis pupuk organik cair berbasis bioteknologi ramah lingkungan dengan merk Agrobost ini, selain aktif memberikan pelatihan bisnis dan pemasaran, juga memiliki minat tinggi serta pengalaman praktis sebagai seorang konsultan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Belajar dari Sandiaga Uno (Bagian Keempat)

14 Juni 2010   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:33 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ikhtiar Itu Lebih Utama dari Hasilnya

Saya masih ingat ekspresi wajah Sandiaga Uno ketika mengatakan " semua tergantung nawaitunya mas”. Kalimat pendek itu mengganggu pikiran saya pagi ini. “Gangguan” inilah yang membuat saya harus secepatnya menghidupkan komputer dan menulis artikel in. Tulisan inisekaligus memenuhijanjisaya kemarin untuk menyelesaikan artikel tentang ikhlas versi Sandiaga Uno. Gangguan ini juga telah membawa pikirian saya ke masa kecil saya di sebuah desa, di Madiun Jawa Timur.

Ketika masih tinggal di desa,saya sering ikut mendengarkan ayah mengajar kitab tasawuf di pondok. Yang masih teringat dari peristiwa40 tahun lalu itu, adalahsoal yang berkaitan dengan ikhlas. Ketika itu saya sama sekali tidak paham maksudnya. Tetapi hafaldi luar kepala, karena sering dijadikan nyanyian dengan bait-bait pendek oleh para santri. Salah satu santri yang sering menghafalkan bait itu adalah pak Dahlan Iskan (sekarang Dirut PLN). Kalau tidak salah, ini adalah cuplikan dari kitab tasawuf karya SyeikhIbnu Atha’illah Assyakandary, ulama terkenal, gurunya para guru sufi. (kalau ada yang salah mohon diralat, maklum sudah lama tidak membuka kitab kuning hahahaha)

Sabar itu lebih utama dari terhindar cobaan

Ikhtiar itu lebih utama dari hasilnya

Istiqomah/konsisten itu lebih utama dari karomah (kemuliaan)

Apa hubungannya bait-bait diatas dengan Sandi Uno? Seperti rtikel edisi sebelumya, saya menganggap tokoh Sandiaga Uno berbeda denganbanyak pengusaha lain yang saya kenal. Dalam usianya yang masih sangat muda, dia memiliki kematangan jiwa.Salah satu kunci sukses Sandiaga Uno seperti yang saya tulis di edisi sebelumnya adalah ikhlas. Entah Sandiaga Uno tahu apa tidak, apakah pernah membaca kitab-kitab tasawuf apa tidak, yang saya pahami, dia telah menjalankansalah satu dari bait diatas. Ikhtiar Itu Lebih Utama dari Hasilnya. Prinsip inilah yang membuat dia bekerja tanpa beban.Sandi telah menjalankan prinsip keikhlasan.

Apakah saya terlalu memuji Sandiaga Uno dalam artikel ini?. Saya akui, ya. Saya memuji. Sebab memang banyak sisi positif yang layak dipuji. Selain hal-hal yang pernah saya tulis di edisi sebelumnya, ada satu hal lagi yang sebaiknya diketahui oleh masyarakat, yaitu tetap bekerja keras meskipun sudah sukses.“Saya masih seperti masa perjuangan dulu. Saya tetap bekerja selayaknya masih sebagai professional yang digaji. Saya datang ke kantor sering lebih awal dari teman-teman lain. Etos kerja tetap tinggi. Saya juga tidak suka ganti-ganti mobil baru, meski saya mampu membeli kapan saja”, katanya serius.

Menurut saya, ini adalah mentalitas. Betapa banyak kita sudah menyaksikan orang-orang yang gaya hidupnya berubah drastis, ketika bisnisnya mulai sedikit berkembang. Dan terlalu sering kita juga menyaksikanperusahaan kollaps hanya karena pemimpinnya tidak mampu mengendalikan diri, tidak mampu mengendalikan nafsunya.

Semoga apa yang dapat saya serap dari diskusi dengan Sandiaga Uno ini bermanfaat untuk banyak orang. Tentu saja, manusia ya tetap manusia. Manusia, tempatnya salah dan lupa.

Mudah-mudahan edisi besok saya ada waktu menuliskan lanjutn seri Belajar dari Sandiaga Uno, dengan topik berbeda, yaitu Kepemimpinan yang Efektif. Saya pamit dulu mau ke pabrik pupuk yang sudah tiga hari tidak saya tengok.Salam dari BSD, Amal Alghozali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun