Mohon tunggu...
Nawawi
Nawawi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Undip

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Legenda

24 Januari 2012   15:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:30 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Udah cung, tapi terbangun" jawabnya

Aku tidak berani ngobrol panjang lebar kala itu, karena khawatir mengganggu doa wanita tua yang seumur hidupnya dia dedikasikan sebagai guru ngaji.:,

Wa Pat memiliki masa-masa yang tidak berbeda dengan orang-orang di sekitarnya. Sebagai seorang warga negara Indonesia yang hidup pada zaman penjejahan, wa pat tidak terlalu mendapat pendidikan yang tinggi. "Sekolah sampai kelas lama waktu dulu mah" jawabnya ketika di tanya pengalaman pendidikanya.

Yang dia tau mungkin hanya ilmu ekonomi Aristoteles yang bicara oikonomia atau sekedar manajemen rumah tangga. Tentang kebutuhan yang terbatas dan dasar. Tentang himpunan sebuah rumah tangga yang bukan individu sebagai unit yang memliki kebutuhan. Dimana kebutuhan yang "berlebihan" itu di sebut tidak wajar.

Tetapi kepiawaanya dalam berbahasa mampu menghipnotis warga sekitar untuk belajar ngaji. Hingga akhirnya ratusan ibu-ibu bisa meng khatamkan Qur'an di bawah bimbinganya dan mengaji Al-Qur'an menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi-bagi ibu sekitar Kasepuhan. Bayangkan di zaman seperti itu kemampuanya mengkonsolidasi serta memprovokasi masyarakat untuk mengaji tentu bukanlah hal yang mudah. Kata-katanya yang terkenal di ibaratkan seperti seorang penyair kenamaan Joseph Brodsky.

Joseph Brodsky adalah penerima Hadiah Nobel di tahun 1987, padahal belasan tahun dia dianggap ‘benalu masyarakat’ (tuneyadets) oleh Pemerintah Uni Soviet, bahkan di pondokan ke klinik orang sakit jiwa sebelum kemudian dikurung di sebuah penjara Leningrad, dan dikirim ke tempat kerja paksa di wilayah Arkhangelsk. Dia seolah menjadi saksi bahwa bahasa memang tak mudah dijinakkan hingga akhirnya di tahun 1972 di buang ke luar negeri. Tetapi derita itu membawanya mendapatkan sebuah penghargaan tinggi untuk dedikasinya terhadap sair-sair indah sekaligus bukti bahwa kesusastraan adalah gejala bahasa yang tak mungkin mampu untuk dijebak, dan tak bisa di jangkau dari luar.

Mengenal Wa pat berarti mengenal sosok yang lembut ketika berbicara cinta, keluarga ataupun masalah pribadi. Tetapi anda jangan mengharapkan suasana itu ketika berada di hadapanya guna melatih kemampuan anda membaca firman yang diturunkan dari Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Satu kata salah, panjang terlalu atau dengungan yang kurang pas "ulang!!!, coba lihat dan dengarkan dulu!!" kata-kata itu yang akan anda dapatkan darinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun