Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Damailah Dunia! Bisa?

12 November 2022   09:29 Diperbarui: 12 November 2022   09:46 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai esok hingga Senin, Denpasar bakal menerima kedatangan tamu sekurang-kurangnua 17 Kepala Negara dari seluruh dunia yang bakal menghadiri sidang KTT G20. Niat Indonesia dimana Presiden Joko Widodo selaku Presiden G20 sekaligus tuan rumah KTT itu, bahwa di Indonesia pelaksanaan KTT yang dilaksanakan 15-16 November ini  bisa menciptakan perdamaian dunia. Maklum, ketegangan politik internasional,-- terutama dipicu perang Russia yang menginvasi Ukraina---dan RR Cina yang seolah-olah sudah ingin mencaplok Republik Taiwan tanpa peduli dan takut pada keberadaan Republik Filipina, negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, kesemuanya menjadikan situasinya sudah diambang meletusnya Perang Dunia III. Perang yang bisa menghancurkan kehidupan umat manusia didunia. Masalahnya, sudah pasti terjadi perang nuklir. Sementara banyak negara sekarang ini dibikin kalut oleh pandemic covid-19 dan jenis penyakit ganas lainnya, maupun kisruh sosial-politik didalam negeri masing-masing.

 Sebagai rakyat Indonesia, kita sepenedapat dengan niat Pemerintah dalam penyelenggaraan KTT G20 itui, yakni damai didunia. Meski gambaran suram terpampang dihadapan kita. Baru untuk diajak berunding saja, dua pimpinan yang bermusuhan sekarang ini, yakni Presiden Russia, Alexander Putin dan Presiden Ukraina Volodymir Zelensky, menyatakan tidak bisa/mau datang ke Denpasar. Masing-masing punya alasan. Putin yang mengirim Menlunya Sergei Pavlov, politikus kawakan Russia dan Zelensky juga mengirim politikusnya.  Memang rada skeptis, karena menurut media dan para mantan intelijen Russia, Putin takut karena diancam akan dibunuh. Tokoh mantan orang KGB Uni-Soviet yang juga petarung berperingkat 'sabuk-hitam karate' itu bisa juga takut. Juga dia merasa bila nantinya disidang KTT G20 akan jadi bulan-bulanan kritik, tuduhan dan mungkin juga ejekan dari terbanyak para Kepala Negara.  Sedangkan saingannya, Zelensky, masih tak habis-habisnya pasang-kuda-kuda melawan serbuan tentara Russia bersenjatakan roket maupun pesawat-pesawat drone kamikaze yang diimpor dari Republik Iran. Begitulah gambaran sekilas situasi dalam menghadapi KTT di Bali itu.

Sebagai tuan-rumah yang baik, tentu tidak tidak diplomatis sifatnya kalau Indonesia harus menyiapkan mobil lapis baja (panzer) atau tank buat mengangkut Putin dari bandara ke kompleks KTT dan menyiapkan bunker untuk menginapnya. Itu untuk menghindarkan rasa takut Bang Putin akan dibunuh! Demikian juga khusus untuk Bung Zelensky! Mungkin mereka-mereka itu berpendapat, bahwa Indonesia dan terutama Bali, dipenuhi teroris lokal dan internasional. Kesan suram dari teror lebih limabelas tahun lalu dari "Bom Bali I dan II". Padahal, sesudah itu dan terlebih menghadapi KTT ini, penjagaan keamanan sudah maksimal dilakukan oleh Indonesia.

Apapun yang bakal dihasilkan dari KTT nanti, bahwa pada pinsipnya sebagai bangsa Indonesia kita berharap bisa terwujudnya hal-hal yang prinsipil, yakni tercapainya perdamaian dunia. Belum lagi permasalahan tetek-bengek namun gawat bagi kehidupan umat manusia (tentu khususnya kita), seperti muncul dan perlu diberantasnya berbagai jenis penyakit bersifat pandemic, masalah ketersediaan pangan, bahaya narkotika, Kerjasama dalam penegakan hukum dan banyak lagi 

Pendek kata, kalaulah bisa tercapai kesepakatan global yang intinya guna mencapai perdamaian dunia saja,  serta memastikan bahwa keputusan itu bisa dipatuhi oleh setiap anggota G20, berarti merupakan sukses  hasil KTT G20 di Bali itu. Itu bisa dianggap hebat.

Kondisi politik internasional sekarang rata-rata bersifat "keras". Lebih banyak para politisi negara masing-masing,-- terutama negara-negara kuat ekonomi dan persenjataan,--  tidak ingin merasa dikalahkan. Nafsu berkuasa masing-masingnya guna "menguasai" negara-negara lemah dan butuh pembangunan negara dan bangsanya menjadi sarana empuk mereka, sehingga sering terjadi benturan sengketa politik-sosial-agama dinegara bersangkutan. Menghilangkan nafsu pemerintahan cam itu dibenua manapun juga tak mungkin. Yang diharapkan dari KTT itu, ialah  upaya bagaimana mengurangi nafsu tersebut dan saling menghargai serta terlebih mengangkat derajat kehidupan manusia dinegara-negara berkembang atau lemah. Kalau saja harapan-harapan seperti itu tercapai, itu hebat.  Gaung pulau Bali bukan sekedar sebagai pulau wisata, tetapi juga punya gaung dalam percaturan politik internasional!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun