Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bisa Dilibas Dekati PON?

12 Maret 2020   07:25 Diperbarui: 12 Maret 2020   07:44 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Tagar.id/Pendam XVII/Cenderawasih

SEORANG lagi anggota TNI-AD gugur di dataran tinggi Papua. Babinsa Kodim 1710 Mimika, Sersan Kepala (serka) La Ongge gugur ditembak di pos penjagaan Koramil 1710-05 oleh KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) Papua, yang dulu diberi predikat OPM (Organisasi Papua Merdeka). Tepatnya di Pos Daerah Rawan (Pos Panwahwan) distrik Jila, Timika, kabupaten Mimika. 

Menurut Dandim 1710 Mimika, Letkol Pio L. Nainggolan (9/3), dia sudah perintahkan melaksanakan siaga satu sejak ada informasi kelompok bersenjata memasuki distrik Tembagapura. Usai menembak korban, gerombolan itu melarikan diri masuk hutan dan jurang yang menurut Dandim itu sulit diburu karena berpencar-pencar. Distrik-distrik rawan ialah Jila, Jita, Agimuga, Tsinga dan Aroanojo. Akibatnya 1572 orang yang tinggal di kampung Banti 1, Banti 2, Opitawak dan Kimbeli mengungsi ke Tembagapura atau Timika.

Penduduk trauma tragedi tahun lalu, ketika gerombolan KKB  memasuki desa Banti 1 dan 2, menewaskan, melukai dan menyandera beberapa penghuni  Meski dipukul mundur pasukan TNI-AD dan Brimob, namun penduduk berbondong-bondong kabur dari Tembagapura.

Tembagapura (4150 meter dpl, diresmikan Presiden Suharto, Maret 1973) itu nempel  di Lembah Wa lereng bukit Grasberg Pegunungan Sudirman. Kota khusus untuk operasional PT FI, maka bisa dimaklumi rawannya bila disusupi KKB. Desa asli Banti Lama, dihuni suku Amungme yang sering diserang suku Dani dari dataran tinggi. 

Beberapa penghuni desa itu kemudian dipekerjakan di PT FI, dibangunkan perumahan layak huni dari kayu dan tangki penampung air bersih di Banti Baru, barat daya  kota yang dihubungkan jembatan kayu di atas sungai Wanagong dan sungai Aghawagong. Sungai jalur buangan air limbah tambang (tailing) ke dataran rendah Timika. Namun ada yang masih suka tinggal di gubuk-gubuk (honay), sehingga beberapa rumah itu disewa para pendatang. Latar belakang perkampungan adalah hutan belantara, jurang terjal serta lereng tegak lurus dari  bukit-bukit berbentuk kukusan (kerucut).

Dari Timika menuju Tembagapura (lk. 70 km.) melewati jalan berliku seperti ular yang kanan-kirinya jurang berhutan belantara, lewat dua terowongan gunung Hanekam (2819 mdpl) dan gunung Zaagkam (4150 mdpl). Area rawan yang jadi lokasi penembakan KKB. Untung, kendaraan yang digunakan berupa bus-bus khusus buatan Kanada segede truk trailer, atau mobil-mobil model jeep yang dikawal. 

Gambaran "zona merah" semacam itu terdapat didataran tinggi Papua. Beberapa karyawan dan perajurit yang mengerjakan jalan dan jembatan baru Jayapura-Wamena tewas dan luka-luka akibat serangan KKB. Malahan kota Wamena diserbu KKB beserta penduduk pedalaman pengikutnya. Puluhan  penghuni kota dibunuh, dilukai dan bangunan toko, kantor serta rumah dibakar. Pengungsian besar-besaran yang diangkut oleh pesawat TNI-AU keluar Wamena.

Pengungsian demikian sebagai gambaran kurang percayanya warga terhadap  penjagaan keamanan. Ada pertanyaan, berapa jumlah KKB dibandingkan  dengan jumlah personil TNI dan Polri/Brimob di Papua? Barangkali bagaikan semut dengan gajah. Tapi semut yang mampu menggigit dan mempermalukan kedaulatan NKRI. Ataukah,-- pertanyaan sebenarnya hoax,-- ada yang "memainkan"  KKB itu sebagai "peliharaan" untuk bertindak mengacau kecil-kecilan. 

Sehingga selalu ada program  keamanan dan selalu tersedia  anggaran operasionalnya? Masalah serius yang dihadapi adalah Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX 2020 beberapa bulan mendatang di Jayapura. Fasilitas untuk itu sudah siap dan bisa digunakan. Tetapi soal KKB? Bisa saja muncul di arena PON bukan untuk bertanding, tetapi mengacau. Pengalaman beberapa tahun lalu, ketika mereka muncul dari pegunungan di Abepura (Bandara Sentani -- lk. 25-an km dari Jayapura)mengobrak-abrik pasar dan pemukiman kota itu. Jangan sampai berita-berita atlit di PON diganti dengan berita-berita pengacauan KKB.

Pertanyaan lagi: tak bisakah dengan serius dan tegas KKB di Papua dilibas? Jangan pikirkan pendapat orang-orang berslogan HAM. Kalau prajurit/karyawan atau penduduk dilibas KKB, mereka tak berkomentar. Kalau Aparat Negara melakukan pengamanan, ada saja protes/celaannya. Bagi aparat keamanan, kalau medannya sulit memburu KKB, begitulah tugas anda sesuai latihan kemiliteran sebagai Aparat Keamanan menghadapi "perang gerilya" mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun