Mohon tunggu...
Ama Kewaman
Ama Kewaman Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Lahir di Lembata, NTT, pulau terpencil bagai kepingan surga di bumi pada awal oktober 1994. Sekarang mengembara dalam jejak-jeak rantau.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persaudaraan: Orang Asing yang Tidak Asing

2 November 2021   06:33 Diperbarui: 2 November 2021   06:37 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(SMATER Don Bosco Lewoleba dalam giat literasi)/dokpri

Keasingan itu perlahan-lahan memudar digantikan dengan pertemuan yang biasa. Dalam pertemuan itu, persaudaraan tumbuh dengan sendirinya. Semerbaknya mewangi mekar bersama bunga-bunga di taman dan nyanyian burung melagukan merdu. saya tidak sendirian di sini. Saya bersama mereka semua dalam persaudaraan. Kami membangun keutuhan persaudaraan yang tak akan pernah sirna.

Dalam persaudaraan itu, kami membagi pengalaman. Pengalaman itu datang dari segala arah, baik pengalaman personal bersama siswa siswi di kelas dan pengalaman pengetahuan yang tak ada bandingnya dengan apapun. Kami membagi semuanya di ruang guru, emperan kelas dan di mana pun. Tak jarang juga lewat obrolan-obrolan dalam pesan whatsaap. Darisanalah kemi mengakrabkan mersaudaraan menjadi milik kami.

Pengalaman iman tentu saja menjadi milik kami sendri-sendiri, tetapi dalam konteks persaudaraan, kami selalu merampungkan doa dengan ujud kami masing-masing. Doa dan harapan menjadikan kami lebih akrab dengan yang maha kuasa dan persaudaraan menjadikan kami akrab diwaktu yang tak berkesudahan. 

Jika saja hari ini menjadi akhir dari perjumpaan kita, maka baiklah persaudaraan ini menjadikan kita keluarga yang tak saling melupa. Jika hari ini adalah akhir dari pertemuan kita, ijinkan aku merindu pada waktu yang tak tentu-tentu. 

Jika saja hari ini adalah hari terakhir aku bersama kalian, ijinkan aku memberi senyum yang tak akan sirna bila musim semi tiba. Biarkan persaudaraan ini menjadi milik kita sampai waktu bila-bila.

Dalam harapan itu, ijinkan aku untuk mengucap sejuta doa untuk mengakrabkan persaudaraan kita. Aku tak ingin mengakhiri peraudaraan ini, tetapi bila waktu ta mengijinkannya, ijinkan aku mengucapkan kata yang paaling indah yaang mungkin saja tak bermakna dan mungkin juga bermakna banyak hal. "Jejakku kutinggalkan di sini, tapi ijinkan senyummu kubawa pergi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun