“Ngapain pakek nyari segala? Kan udah ada aku. Hehehe”
Kata-kata itulah yang selalu kuingat dan menjadi alasanku untuk bersabar dalam kondisi terabaikan. Aku tahu dia sama sekali tak berniat mengabaikanku. Bahkan disela waktu, ia ingat untuk menelponku walau jarang dan sebentar. Bagiku tak masalah, aku harus tetap bersabar. Namun sabar tetap ada batasnya.
Dan kesabaranku diuji. Entah kenapa akhir-akhir itu dia selalu hilang tiba-tiba ketika akan ku ajak ke acara pesta teman-temanku. Dia punya beribu alasan untuk menjawab pertanyaanku. Paling parah, dia tak mau hadir untuk sekedar melihatku merayakan keberhasilan menjadi duta pariwisata terbaik se-Indonesia. Aku semakin merasa ia sedang menghindariku, ada yang tak beres dengannya. Dia seperti hilang ditelan bumi. Kucari kemana-mana, nihil. Kudatangi indekosnya, dia selalu tak berada disana. Sekali saja tak sempat menghubungiku. Kutelepon, selalu sibuk. Sibuk, sibuk, dan sibuk.
Pada kesempatan yang tak terduga, kita bertemu secara tak sengaja di parkiran kampus....
"Kamu sibuk atau sengaja menyibukkan diri?" Tanyaku menahan amarah.
"....."
"Mau kamu apa sih, Ra?"
"Putus"
Kontan, aku melemas....
Biru :
Aku masih tak percaya telah benar-benar mengatakan itu. Kita putus? Benarkah?