"Dalam perjanjian penugasan layanan publik ini, ruang lingkup PT Jakpro yaitu sebagai penyelenggara prasarana LRT dari pembangunan, operasi dan perawatan serta pengusahaan, sedangkan PT LRT Jakarta sebagai penyelenggara sarana LRT," jelas Solihin.
Sebanyak 6 stasiun layang yang nantinya akan siap beroperasi yaitu Velodrome, Equestrian, Pulomas, Boulevard Selatan, Boulevard Utara dan Pegangsaan Dua. Sedangkan kelanjutannya Koridor 1 fase 2 Velodrome-Tanah Abang dengan panjang lintasan + 11,5 km yang terdiri dari 10 stasiun akan menjadi rencana berikutnya.
"Progres kemajuan kesiapan operasional LRT Jakarta saat ini sudah 89%. Kesiapan SDM 72%, Badan Usaha (70%), Uji Operasi Terbatas 100%, Konstruksi 91%, Pengadaan Sarana 99% dan Pekerjaan Persiapan 100%," papar Solihin.
Dengan jarak tempuh saat fase 1 yang masih 5,8 km, waktu tempuh dari Velodrome-Kelapa Gading selama 13 menit dengan waktu tempuh antar stasiun sekitar 1 menit-2,5 menit. Kapasitas penumpang yang bisa diangkut 280 orang per trainset.
"Untuk integrasi dengan moda busway di Stasiun Velodrome, akan dilengkapi juga jembatan penghubung menuju Halte Transjakarta Pemuda Rawamangun," imbuh Solihin.
Ketua Umum MASKA Hermanto Dwiatmoko yang hadir sebagai salah satu pembahas menyampaikan agar PT Jakpro segera menyelesaikan pembangunan prasarana LRT dan diajukan kepada Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk dilakukan uji pertama/ sertifikasi.Â
Termasuk juga segera menyiapkan persyaratan izin operasi dan business plan untuk pengelolaan aset di luar prasarana pokok. Sedangkan Pemda DKI Jakarta juga harus menyiapkan perhitungan tarif dan penyediaan anggaran subsidi PSO (public service obligation), perhitungan dan pendanaan IMO (infrastructure maintenance and operation), konsep intermodal dengan bus Transjakarta, serta pendanaan pembangunan koridor/ fase berikutnya.
David Tjahjana, Pengguna Transportasi Publik dan Pemerhati Aksesibilitas menyampaikan hasil review saat dirinya bersama teman-teman disabilitas mengikuti uji coba terbatas. Diantaranya menyarankan agar dipasang tanda arah naik/ turun pada eskalator, mesin penjual tiket yang bisa digunakan oleh para penyandang tuna netra secara mandiri, e-gate yang konsisten letaknya untuk masuk/ keluar peron, tempat wudhu yang bisa diakses oleh pengguna kursi roda, penyusunan guiding block yang benar, dan beberapa masukan lainnya terkait aksesibilitas.
Dalam konsultasi publik sehari, Direktur Operasi PT Kereta Commuter Indonesia, Subakir juga memberikan masukan terutama terkait dengan kesiapan awak KA yang akan mengoperasikan LRT, penanganan kejadian gangguan prasarana dan sarana LRT.
Selain itu, perlu disiapkan juga sarana khusus semacam TMC (track motor car) untuk menarik LRT yang gangguan bila terjadi gangguan listrik.Â