"Everyone likes to group something" begitulah kira kira manusia hidup sangat suka sekali untuk mengkotak-kotak kan sesuatu. Klasifikasi atau mengkotak-kotakan memang sangat di butuhkan dalam sains gunanya agar kita dapat mudah mempelajari sesuatu namun tidak dengan kehidupan sosial, jangan membagi-bagi seenaknya berdasarkan persepsi masing-masing. Kehidupan sosial seringkali dikuasai oleh yang namanya kekuasaan dan politik, dari politik kita seharusnya kita belajar dan mampu bijaksana dalam menghadapinya bukan malah mengkotak-kotakkan atas dasar pragmatisme mulai dari pemilih hingga agama.
Sayang seribu saya sang politikus di sini kurang peka terhadap dampak kebijakan politik dan kampanye-kampanye sesatnya mungkin karena dari awal hati mereka tidak bersama rakyat ibarat kawin palsu, yang penting nikah yang penting sensasinya bukan esensinya. Sebagai rakyat saya cukup terganggu dengan kemunculan politikus-politikus sesat yang berbahaya untuk generasi saat ini dengan janji palsu mereka mampu membeli surga dan iman rakyat yang notabene memang imannya murah, gampang dibeli dengan iming-iming. Come On Stop pak! Tidakkah bapak berpikir efek kampanye bapak tidak berhenti sampai sekarang. Mulai dari anak kecil, dunia nyata, dunia maya, semua lupa dengan kewajiban mereka masing-masing. Kewajiban beragama, berbangsa dan beragama.
Saya berani bilang, banyak orang beragama tapi dia beragama karena simbolisme semata bukan karena esensi. Simbol-simbol agama di kedepankan yang berakibat memberhalakan simbol-simbol itu. Kebanyakan orang-orang yang mengidap ini adalah orang yang fanatik, bergairah dalam beribadah namun memiliki otak yang kerdil dan iman yang murah. Kesempatan emas ini akhirnya digunakan politikus untuk melicinkan jalan mereka untuk kekuasaan.Â
Orang-orang yang seperti ini patut kita waspadai (atau mungkin kita juga termasuk) , mereka terlalu banyak memikirkan surga tapi akhirnya lupa kewajiban mereka di dunia ini apa. Padahal tujuan kita beragama adalah untuk menyebarkan kesejahteraan dan damai di bumi ini. Si A bilang kalo milih dia pasti masuk surga, Si B bilang agamamu kolot, Si C bilang lain lagi padahal si A,B,C adalah adonan yang sama yang dibuat diatas loyang hanya dengan bentuk yang berbeda-beda!. Ya, ibarat kue ,perbedaan adalah seperti bentuk kue yang bentuk berbeda-beda namun esensinya sama yaitu mengenyangkan.Â
Jujur, kita semua ketika makan supaya kenyang kan? Bukan karena kue itu bulat saya atau kue itu lonjong. Sama dengan agama, terlalu banyak jual beli iman dan simbol-simbol akhirnya kita lupa esensi kita beragama. Suci di luar jahat di dalam. Surga itu bukan perkara kamu memilih pemimpin A atau B, surga adalah urusan dari Rahmat Tuhan sendiri jadi jangan campur aduk kehendak Tuhan dengan kehendap Politik mu apalagi menjual iman mu pada politisi licik hanya untuk segepok duit, hanya untuk rumah tak kasat mata. Wake up, jangan menukar imanmu untuk hal-hal duniawi yang fana apalagi dibodohi oleh politikus. Â
Terinspirasi dari : Andar Ismail, Agama Bulat dan Agama Lonjong dalam buku "Selamat Bergumul"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H