Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya, dengan ribuan suku bangsa yang memiliki tradisi, bahasa, seni, dan adat istiadat yang beragam. Beberapa warisan budaya kita juga sudah diakui oleh UNESCO. Candi Borobudur, Candi Prambanan, Batik, Wayang Kulit, dan Angklung merupakan beberapa budaya yang diakui oleh mereka. Pengakuan ini menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang diakui secara internasional. Tentu ini merupakan sebuah kebanggaan untuk semua masyarakat Indonesia dan menarik perhatian dunia internasional.
Globalisasi membantu menyebarkan budaya Indonesia melalui teknologi dan media sosial sehingga seni, kuliner, dan tradisi lokal semakin dikenal luas. Namun di sisi lain, tentu saja globalisasi mempunyai sisi negatifnya. Budaya asing mulai masuk dan menggeser budaya asli. Masyarakat Indonesia, terutama remaja-remaja Indonesia sekarang jarang melestarikan budayanya mereka sendiri. Justru, mereka lebih senang dengan budaya barat atau terjerumus pada gelombang Korea yang biasa dikenal dengan Hallyu.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi akibat globalisasi menjadi faktor utama yang mendorong tingginya antusiasme masyarakat Indonesia terhadap Korean Wave. Seiring berjalannya waktu, budaya Korea semakin banyak diadopsi dalam kehidupan sehari-hari para penggemarnya, mulai dari fashion, makeup, perawatan kulit ala Korea, makanan khas, hingga gaya berbicara dan penggunaan bahasa Korea.
Ini sangat disayangkan karena budaya Indonesia itu sangat banyak dan bervariasi. Seharusnya kita melestarikannya, bukan melupakannya. Jika hal ini terus dibiarkan, generasi muda bisa semakin kehilangan identitas budaya mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk kembali mengenali, mencintai, dan melestarikan budaya bangsa. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan budaya lokal, mengikuti berbagai kegiatan seni dan budaya, serta bangga menggunakan produk dalam negeri. Dengan begitu, budaya Indonesia tidak hanya tetap hidup di tengah arus globalisasi, tetapi juga bisa mendunia dan dihargai oleh generasi selanjutnya.
Namun di Tiktok, ada seorang mahasiswa yang sedang berjuang menceritakan kisah-kisah sejarah kepada penontonnya. Geza Pramono, seorang mahasiswa hukum yang suka sejarah, suka berkonten tentang cerita-cerita sejarah yang menarik dan jarang diketahui banyak orang. Melalui akun TikTok-nya, ia membagikan kisah-kisah sejarah Indonesia maupun dunia dengan gaya yang ringan, informatif, dan mudah dipahami oleh anak muda. Dengan cara ini, Geza berusaha menumbuhkan kembali minat generasi muda terhadap sejarah, yang sering kali dianggap membosankan.
“Tahukah kamu bahwa di Magelang pernah berdiri sebuah pabrik cerutu yang sangat terkenal pada masanya?” Tanyanya kepada penonton di salah satu video Tiktok-nya. Dalam video itu, Geza membahas sejarah Pabrik Cerutu di Magelang, mengungkapkan fakta-fakta menarik yang jarang diketahui banyak orang.
Geza juga mengangkat topik-topik lain yang menarik, seperti sejarah Stasiun Magelang, sebuah bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga kini. Dalam video tersebut, ia mengajak penonton untuk menelusuri bangunan bersejarah stasiun di Magelang yang masih berdiri kokoh. Melalui konten-konten semacam ini, Geza berhasil mengemas sejarah dengan cara yang menarik dan relevan bagi generasi muda, sehingga mereka lebih tertarik untuk mempelajari dan menghargai warisan budaya serta sejarah Indonesia.
Keberadaan kreator konten seperti Geza membuktikan bahwa masih ada remaja yang peduli dan berusaha melestarikan budaya Indonesia dengan cara mereka sendiri. Tidak hanya melalui sejarah, banyak anak muda lainnya yang juga menghidupkan budaya Indonesia lewat berbagai medium, seperti musik, tari, kuliner, hingga fesyen. Media sosial menjadi salah satu alat yang efektif bagi generasi muda dalam memperkenalkan budaya lokal kepada khalayak luas, bahkan hingga ke mancanegara.
Dengan adanya peran aktif dari para remaja ini, budaya Indonesia tetap memiliki peluang besar untuk bertahan dan berkembang. Yang dibutuhkan saat ini adalah lebih banyak dukungan dari masyarakat dan pemerintah agar upaya-upaya pelestarian ini bisa terus berjalan. Edukasi mengenai budaya harus diperkuat sejak dini, dan kesempatan bagi generasi muda untuk mengeksplorasi budaya harus lebih banyak diberikan. Dengan begitu, identitas bangsa akan tetap terjaga, dan budaya Indonesia tidak akan tergerus oleh pengaruh asing.
Daftar Pustaka