Mohon tunggu...
Kristoforus Arakian
Kristoforus Arakian Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Cerdas itu Sexi

Tidak ada yang menjadi miskin hanya karena memberi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan Menggugat

3 November 2021   07:21 Diperbarui: 3 November 2021   07:26 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: teviwawointana wordpress

Per-EMPU-an ; Esensi yang tak lagi Sakral


Sudah aku tinggalkan cemburu disudut-sudut kamar berantakan tak berpenghuni. Sudah aku tenggelamkan deritaku lewat sungai mengalir dari pelupuk mataku. Jika Kamu ada tapi tidak bersuara, lalu pamit tanpa berkata apa-apa, maka aku pastikan kopiku jauh lebih tahu perihal tatakrama.

Dikepalaku, kamu hanyalah pemilik panah verbal yang agitatif. Masif menarasikan kemanusiaan dan cinta atas nama aku (per-EMPU-an). Namun menjarah dan mengeksploitasi aku (per-EMPU-an) tanpa rasa kemanusiaan. Ingat, tanpa aku (per-EMPU-an) rumahmu akan sepih tanpa tanggis dan gelak tawa generasi.

Jedah inginmu genap kamu tunaikan, kamu merayakan kemenangan atas luka lebam pada rahim yang setia merawat rumah-rumah peradaban. Berpesta pora bersama pelacur-pelacur aksara yang dibagi tuanmu dari hasil jarah di rumahmu sendiri. Kamu lupa ; bahwa kelak generasimu bakal mengeluh kehabisan air-air kearifan dari asih paling kasih, yang menetes dari payudaraku.

Sudahlah, aku bukan tempat yang nyaman. Aku (per-EMPU-an) hanya binatang jalang, telanjang yang berbusana. Volume isi kepala tak bakal setara kalau urusan isi celana. Emansipasi hanyalah surga di rumah-rumah telinga. Bertengger di media massa dan televisi, ruang-ruang tamu para pejabat. Lantas dielu-elukankan para peminta jatah dan tahta.

Reinterpretasi makna dan rekontruksi ingatan katamu ??? Akh, sematan superior itu ; produk sejarah yang lama dikontruksikan ke atas kepalamu dan diinternalisasikan kedalam masyarakat yang mendewakan kaummu. Aku (per-EMPU-an) dimata kebudayaanMu, hanyalah budak ranjang yang melahirkan generasi untuk menambah kuantitas kolonimu. Bukan ibu bagi para generasi.

Pulanglah !!! slogan-slogan kemerdekaanku (per-EMPU-an) yang kemarin kamu kampanyekan untuk mendulang simpati aku dan kaumku, hanyalah cocologi belaka. Bagiku, kamu hanya orang asing yang pernah datang disatu ingatan. Sedang kita hanya tujuan moralitas paling abstrak, tertakar romantisme lalu mati dipeluk istri muda. Jejak eksistensi "ada" namun esensi tak lagi sakral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun