Pada dada pagi yang hening, dihadapan nyala lilin
doa-doa luruh. Mata yang seketika bernanar.
Mengenang adorasi paling kasih, yang mencintai hingga terluka. Membayar kasih dengan kepulangan.
Tangan-tangan terkatup mengiba ampun,
memelas kasih. Mengugat aku yang angkuh.
Bibir dikecup ragu-ragu, menasbihkan keluh kesah. Perihal kemarin ; gosip dibeber bibir dalam bangga.
Refleksi dan kontemplasi jauh mendulang sunyi.
Aku merinding. Abu bertengger di dahi, memberi alarm. Sesal, eksplorasi kata "aku hanya debu di alas kakiMu" Tuhan. Aku kecil diatas segala keluasan yang terberi.
Ada ikhtiar yang terlanjur membatu
Melebur bersama rapal-rapal doa.
Puas yang puasa, tantang yang pantang
Atau hati yang mekar dalam mati raga?
Mari menepih sepih, sebelum pulang kepada yang azali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H