Mohon tunggu...
nara kale moy
nara kale moy Mohon Tunggu... -

tanpa hidup mana mungkin mengenal kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

betapa payahnya para pemimpin

8 Februari 2011   11:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297163952526450329

Negeri di ambang kehancuran... muntahan demi muntahan persoalan kian memuakkan.. belum ada yang tuntas terselesaikan datang lagi ulah para zalim... berbuat sekehendaknya dan bertindak sesuka hati... [caption id="attachment_89587" align="aligncenter" width="300" caption="berjuanglah bersama kami, ya TUHAN"][/caption] oh, malangnya nasib negeri ini... dimerdekakan dengan janji dan sumpah persatuan dengan menjunjung perbedaan... kini dijual dan diperas habis-habisan oleh para mafia.. harapan yang dahulu bagi kemakmuran rakyat kini tertelan oleh kebohongan dan kemunafikkan... bebicara seadanya, berperkara seenaknya, berdusta semakin hebat... siapa yang sesat jalannya? agamakah atau manusia yang pongah dan bodoh mendengar hati nurani? sungguh hina dan tercela menikmati kehidupan di atas penderitaan dan keluh kesah jiwa yang mengendus kedamaian dan keadilan di negeri ini... susah payah para pejuang terdahulu menjadi sampah... Manusia atau binatang hampir sulit dipastikan.... Yang jelas hanyalah iblis yang menguasai raga... Manusia. oh manusia berkacalah pada cinta kasih terhadap sesamamu... Tengoklah ke atas sebelum kau melangkah.. Yang memimpin tidak mengayomi.. lebih menyukakan komplotan daripada menderita bersama rakyat... tak berhenti dalam keadaan ini... para penghasut bebas menghasut dan membodohi umat... yang menjadi pelindung berubah wujud menjadi maskot yang manis.. kebebasan dan hak pribadi untuk percaya TUHAN menjadi paksaan... Yang berbeda dipandang sampah menjijikkan yang harus segera dibakar habis... oh, TUHAN bicaralah pada kami... mengapa negeri ini menjadi payah dan rusuh?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun