Pak Darso terdiam menatap bungkusan itu. Sebuah paket dikirim siang tadi, paket untuk Indri, anaknya yang kuliah di UI. Indri biasanya baru sampai di rumah selepas magrib, jadi tadi Pak Darso meneleponnya, mengabari ada kiriman paket.
"Oh, itu kayaknya pesenan buku aku deh Pak," jelas Indri di telepon.
"Tapi ada bunyi klotak-klotaknya gitu Dri, Bapak jadi takut," kata Pak Darso.
"Ha, ha, ha, Bapak kebanyakan nonton berita. Buka aja Pak, gak papa. Sekitar jam 6 Indri sampe rumah ya," lanjut Indri.
Tapi Pak Darso masih ragu, apakah paket itu aman. "Kalo takut ya diemin aja Pak, biar nanti Indri yang buka," saran Bu Darso.
"Tapi kalo ini bener bom, kasihan Indri Bu, kalau dia yang buka," kata Pak Darso. "Bapak ini aneh-aneh saja. Siapa juga yang mau ngebom kita Pak? Udah ah, Ibu mau masak makan malam," lanjut Bu Darso sambil berjalan ke dapur.
Pak Darso mengguncang-guncang paket itu. Bunyi klotak-klotak masih terdengar. Akhirnya dia memberanikan diri membukanya. Saat mulai membuka, bau menyengat tercium, Pak Darso ragu sejenak. Komat-kamit membaca doa, Pak Darso melanjutkan, kertas pembungkus paket dirobeknya.
"Sreeeekkkk!!"
"BLAAAAAARRRRR!!!!!"
Pak Darso jatuh tertelungkup. Api menjalar cepat dari dapur rumahnya.
(Flash Fiction dgn total kata 189)