Mohon tunggu...
AM Muhammad
AM Muhammad Mohon Tunggu... -

Entertainer wanna be | An Arsenal fans since 1996 | Unemployed but have employees http://www.alabn.com http://www.meongku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyikapi Perbedaan: Refleksi dari Film Rumah Tanpa Jendela

4 Maret 2011   11:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:04 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12993193551639903164

Menyesakkan. Itulah kata yang sepertinya tepat, untuk menyampaikan rasa yang muncul setelah menonton film Rumah Tanpa Jendela. Film ini mengisahkan tentang kontrasnya kehidupan ibukota, antara keluarga Aldo (Emir Mahira) yang kaya dan keluarga Rara (Dwi Tasya) yang tinggal di pemukiman kumuh pemulung, bersama timbunan sampah dengan rumah yang tak berjendela. Aldo yang merupakan seorang anak berkebutuhan khusus, menjadi adik yang begitu memalukan di mata kakak perempuannya, Andini. Namun bagi Rara, Aldo adalah teman yang berhasil membuatnya berani berusaha meraih mimpi. Film ini cukup berhasil menggambarkan bagaimana masyarakat 'normal' memandang mereka yang berbeda. Pandangan aneh, jijik dan curiga yang diwakili oleh Andini dan ibunya, menunjukkan bagaimana mayoritas orang kaya negeri ini seperti malu bergaul dengan yang kurang mampu. Memasang tembok rumah tinggi-tinggi, selalu naik kendaraan pribadi ke manapun, membuat mata mereka seolah tertutup dari derita orang miskin di sekitarnya. Bagi Andini dan ibunya, orang miskin adalah sumber penyakit dan kejahatan. Pun terhadap Aldo yang berkebutuhan khusus, keduanya mengganggap Aldo sebagai anak memalukan yang tidak perlu dimunculkan di depan publik. Potret kehidupan masyarakat miskin pun tergambar dari bagaimana tetangga Rara mencibir bahkan protes, ketika Rara berhasil membuat anak-anak di sekitarnya turut bermimpi memiliki jendela di rumah. Mereka yang miskin digambarkan takut bermimpi, bahkan dilarang bermimpi, karena mimpi-mimpi tersebut hanya akan menambah berat beban kehidupan keluarga mereka. Beberapa hal yang agak mengganjal dalan film ini adalah sosok bapak dan tante Rara, yang diperankan oleh Raffi Ahmad dan Yuni Shara. Akting keduanya justru mengganggu cemerlangnya para aktor muda pendatang baru. Juga bumbu-bumbu asmara antara Adam, kakak laki-laki Aldo dengan Alya, guru rumah singgah di kampung Rara, terasa kurang perlu. Namun akting Emir Mahira yang layak diberi bintang 4, membuat film ini menjadi pantas ditonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun