Mohon tunggu...
Ahmad Mubasir
Ahmad Mubasir Mohon Tunggu... -

saya adalah anak yang sedang kuliah di UNS, saya asli Cilacap

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Menjadikan Anak Kritis,Kreatif, dan Problem Solver

26 November 2011   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lembaga pendidikan sekarang sudah mengembangkan sistem pendidikan yang berorientasi pada bagaimana anak didik mampu menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru. Berpikir kritis merupakan suatu proses dimana siswa dituntut untuk mempresentasikan dan mengevaluasi informasi untuk membentuk sebuah penilaian berdasarkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya. Sekarang hal yang paling penting adalah bagaimana anak selalu dibuat dalam keadaan gembira dan tidak ada pemaksaan. Buatlah kondisi sedemikian rupa agar anak senang dalam belajar. Ketika anak-anak menikmati diskusi dengan orangtua dan guru mereka, mereka akan senang dalam belajar.

Mengajarkan proses keterampilan berpikir merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi siswa dan focus utamanya pada kreativitas siswa, keterampilan- keterampilan dan pemecahan masalah. Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengajari keterampilan berpikir yaitu dimulai dengan memasukan masalah yang ada dalam dunia nyata siswa, missal dengan melakukan simulasi. Kreativitas tidak dapat terjadi apabila bukan pada tempatnya/ bidangnya. Apabila orang dituntut kreatif tapi bukan pada bidangnya maka akan menimbulkan situasi hampa dalam dirinya. Kreativitas seseorang dapat berkembang pesat apabila memang pada tempatnya atau sesuai bidangnya

Ada beberapa cara untuk mengembangkan anak berpikir kreatif. Kita dapat mengawalinya dengan membangun kepribadian siswa. Kita dapat membangun kepribadian baik pada anak yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang kreatif. Berpikir kreatif dimulai dari suatu gagasan yang interaktif. Bagi anak-anak, dorongan dari luar diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan.

Produk kreatif merupakan hasil dari sebuah kerja siswa, biasanya produk kreatif terjadi tanpa plan terlebih dahulu. Kreativitas seseorang sangat berkaitan dengan problem solver (pemecahan masalah). Memecahkan masalah adalah sesuatu yang sangat penting untuk mempertahankan diri. Orang yang ahli dalam menyelesaikan masalah maka ia mampu untuk berkembang, sementara apabila orang yang kurang mampu dalam menyelesaikan masalah maka kehancuran akan menjemputnya(BBL,274). Seorang guru atau pendidik hendaknya harus dapat memanfaatkan kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa dengan memfokuskan pada hal- hal yang melekat pada dirinya(pemecah masalah yang baik).

Ada beberapa cara untuk membantu anak menjadi problem solver antara lain siswa didorong untuk dapat merumuskan masalah, disini siswa diharapkan dapat menentukan masalah yang akan dipecahkan. Siswa dapat dikatakan sebagai problem solver apabila siswa dapat melakukan hal- hal seperti siswa dalam belajar tidak hanya sekedar mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami pelajaran tersebut secara penuh. Selanjutnya siswa mempunyai kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan secara objektif. Selain itu siswa juga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu. Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking). Erick Jensen dalam bukunya Brain Based Learning mengemukakan bahwa belahan otak kiri memproses informasi secara berurutan dan bagian kanan memproses informasi secara keseluruhan.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada salah satu belahan dapat mempengaruhi perkembangan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat yang sama dibagian yang jauh dibelahan otak yang lain. Hal ini berkaitan dengan perkembangan kekreativitasan anak. Sesungguhnya anak-anak kreatif kedudukannya sama dengan anak-anak biasa lainnya. Namun, karena potensi kreatifnya itu, mereka memerlukan perhatian khusus, bukan berarti mereka mendapatkan perlakuan istimewa, melainkan mendapatkan bimbingan yang sesuai dengan potensi kreatifnya. Kelemahan pendidikan selama ini dalam konteks pengembangan potensi kreativitas anak, menurut Gowan (1981),adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungsi belahan otak kanan. Terlalu menekankan pada fungsi satu belahan otak saja menyebabkan fungsi belahan otak yang lain tidak berkembang secara maksimal. Sistem pendidikan hendaknya memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi yang dapat dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan dari kedua belahan otak manusia tersebut. Nah ini tugas kita sebagai pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membuat anak atau siswa menjadi kritis, kreatif, dan problem solver.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun