Mohon tunggu...
Alza Octa Priargiansyah
Alza Octa Priargiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mulai Menulis, meskipun hanya beberapa kalimat.

Seorang mahasiswa dari universitas negeri di Surabaya, menggemari karya sastra, dan ingin menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tulisan Refleksi: Simposium Jungkir - Balik Budi Darma

23 September 2021   14:08 Diperbarui: 23 September 2021   14:17 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sosok begawan sastra yang telah menutup usia akan selalu meninggalkan kesan dan pesan serta karya - karya yang dapat menjadi pelipur kangen pada sosok beliau. Sosok sastrawan Prof. Budi Darma yang telah melahirkan banyak sekali karya - karya untuk bisa kita nikmati. Kemarin, pada tanggal 14/september/2021, kampus saya, Universitas Negeri Surabaya mengadakan acara simposium nasional untuk mengenang kepergian dari sosok Prof. Budi Darma, dengan mendatangkan sastrawan-sastrawan terkenal sebagai narasumber. Pada kegiatan itu para narasumber mencoba membedah dan mengulik karya - karya beliau melalui beberapa perpektif.

Meskipun saya masih awam dalam bidang kesastraan ini, namun saya menikmati sekali pembahasan yang disajikan oleh para narasumber. Pandangan - pandangan dan juga penjelasan para narasumber mampu membuka pikiran saya mengenai suatu karya. Terutama karya dari Pak Budi Darma sendiri. Yang di dominasi oleh cerita dengan karakter yang kuat, dengan plot yang rinci, menyuguhkan cerita - cerita yang tidak mainstream. 

Menurut saya sosok pak Budi Darma merupakan sastrawan unik nan bebas, seperti penjelasan dari pak Seno Gumira Ajidarma selaku salah satu narasumber pada acara tersebut menjelaskan. Pak Seno, menjelaskan bahwa dalam proses kreatifitas ditunjukkan bahwa penulis yang sesungguhnya tidak memerlukan persiapan apa, layaknya pak Budi Darma yang mengambil bulpen dan kertas lalu jadilah sebuah cerpen. Tanpa ada persiapan matang apapun, yang ada hanyalah mulai menulis. 

Disini saya mengambil kesimpulan bahwa Pak Budi Darma merupakan penulis yang bebas tanpa terkekang batasan formal dari sebuah cerpen, novel atau pun esai. Pokoknya mulai menulis, hal itu pernah saya praktekan dalam embuatan cerpen meskipun sering kali saya mengalami kebuntuan dalam memikirkan cerita namun, cerita itu jadi. Lain halnya apabila saya dulu tidak memutuskan untuk mulai menulis. Entah bagaimana nasib ide cerita saya dulu.

Pada sesi kedua, salah satu narasumber yang menjadi pembicara pada sesi ini yaitu Pak Akmal yang mengulas teori Jungkir-balik yang kerap digunakan oleh Pak Budi Darma. Cerita yang di tulis oleh pak Budi Darma mengesampingkan paten yang sudah ada, hanya dengan berfokusn pada cerita yang ingin di sampaikan kepada pembaca. Dengan mengangkat tema - tema yang menyentuh hati serta ironi mampu membuat karya - karya pak Budi Darma mempesona. Pembangunnan karakter yang dikupas mendalam serta perpaduan dengan plot cerita, membuat pembaca serasa ikut masuk dalam cerita dan lebih emosional. Salah satu ciri khas pak Budi Darma ialah cerita yang disajikan masih lugas dan juga fresh from the mind  

Beberapa hal diatas itulah yang bisa saya dapat setelah mengikuti sesi 1 dan 2 dalam acara Simposium Nasional untuk mengenang Prof. Budi Darma. Saya mendapat banyak informasi serta pemcerahan dalam karya sastra. Mendengar penyajian ulasan-ulasan dari para narasumber mampu membuat saya ingin sekali untuk mendalami pembuatan karya sastra. (AOP,15092021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun