Kesehatan mental pada penderita kanker tidak dapat diabaikan. Meski luapan emosi akibat menderita kanker wajar terjadi, tetap penting untuk mengawasi sejauh mana respon ini mempengaruhi penderita. Jika respon tersebut berkepanjangan atau justru mengganggu serta mempengaruhi aktivitas dan pengobatan yang dijalani, maka kondisi tersebut tidak dapat diabaikan.
Menerima diagnosis kanker bukanlah hal yang mudah. Seperti tersambar petir di siang bolong, diagnosis kanker dapat merubah hidup seseorang. Efek pengobatan seperti kemoterapi, radiasi atau operasi yang kurang nyaman, perkembangan penyakit yang tidak menentu, perkiraan kesembuhan yang sulit diprediksi menjadi alasan mengapa penyakit ini ditakuti.
Pentingnya mendapatkan informasi yang benar dari profesional tenaga medis yang menangani membantu mengurangi kekhawatiran tersebut.
Meskipun anda menderita kanker yang sama dengan orang lain, profil yang berbeda misalnya secara genetik, stadium, penyakit penyerta lain, dapat mempengaruhi pengobatan serta harapan hidup.
Mendapatkan diagnosis kanker dapat menimbulkan berbagai respon seperti takut, sedih, cemas, marah, rasa tidak berdaya serta kecewa. Hal ini wajar mengingat penderita harus menghadapi berbagai macam perubahan akan masa depannya.
Beberapa kondisi yang seringkali harus dihadapi oleh penderita kanker, yakni:
- Ketidaknyamanan akibat penyakit itu sendiri
Kanker dapat merubah hidup seseorang. Pengambilan keputusan yang tidak mudah terutama dalam pengobatan, masa dan tahapan pengobatan yang mungkin cukup kompleks menjadi tantangan yang harus dihadapi. Keputusan untuk operasi, kemoterapi, dan tindakan lainnya seringkali disertai dengan kebingungan dan ketakutan yang menyebabkan seseorang dan keluarga membutuhkan waktu untuk memutuskan.
Tahapan pengobatan yang cukup panjang bersamaan dengan proses evaluasi, tidak jarang menyebabkan kejenuhan maupun kecemasan. Adanya penyebaran sel kanker, perburukan, serta nyeri dapat menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya, kehilangan kendali, merasa tidak ada harapan, lelah dan meningkatkan risiko depresi hingga dapat memunculkan keinginan mengakhiri hidup.
- Perubahan aktivitas.
Aktivitas sehari-hari tidak jarang terdampak oleh perjalanan penyakit maupun rangkaian pengobatan. Waktu yang diluangkan untuk menjalani pengobatan terutama operasi, radiasi, atau kemoterapi; efek samping pengobatan, nyeri serta keterbatasan lain akibat kanker tidak jarang menyebabkan penderita tidak maksimal dalam menjalankan aktivitasnya dan menjadi tambahan stresor psikis pada dirinya
- Perubahan citra diri
Bayangkan seorang wanita muda yang belum menikah harus menghadapi kemungkinan payudaranya diangkat akibat kanker payudara yang dialami. Bagaimana perasaannya? Apa yang dia pikirkan? Merasa tidak utuh, tidak menarik, khawatir pasangan tidak akan menerima seringkali menghantui dalam penerimaan penyakit serta pengambilan keputusan pengobatan. Serupa dengan itu, operasi pengangkatan rahim pada kanker rahim yang dialami wanita usia produktif sering menjadi dilemma bagi penderita serta tenaga medis yang menagani. Merasa nilainya sebagai wanita berkurang karena tidak dapat memberikan keturunan menjadi salah satu isu yang kerap muncul.
Tidak hanya kedua kanker tersebut, kanker lain serta efek pengobatan juga dapat memberikan masalah bagi citra diri seseorang karena perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang mungkin dialami.
- Efek samping pengobatan
Efek samping dari pengobatan terutama kemoterapi dan radiasi, tidak jarang memberikan efek seperti mual, muntah, diare, penurunan nafsu makan dan letih. Belum lagi, kedua pengobatan ini biasanya diberikan dalam rangkaian dan masa waktu tertentu. Kelelahan tidak hanya dialami secara fisik namun juga mental. Seseorang dapat merasa lelah dengan pengobatan yang panjang dan efek samping yang tidak nyaman. Rasa putus asa, lelah, tidak berdaya dapat menghampiri.
Oleh karena itu, tidak jarang jika seseorang kesulitan menghadapi tantangan tersebut. Dukungan dari sekitar baik keluarga, orang terdekat serta tim medis yang menangani sangat penting bagi penderita.
Risiko mengalami gangguan penyesuaian, cemas dan depresi menjadi meningkat jika seseorang mengalami hambatan dalam menghadapi tantangan tersebut.
Penerimaan akan kondisi penyakitnya merupakan poin penting dalam membantu menunjang kualitas hidup penderita. Meski penting dan mudah dikatakan, pada kenyataannya, proses ini tidak mudah. Setidaknya ada 5 tahapan berduka menurut Kubler-Ross yang mungkin dihadapi oleh penderita yakni
- Penyangkalan
Mendengar diagnosis kanker tidak jarang menimbulkan reaksi emosi yang signifikan, terutama jika seseorang tidak memiliki persiapan akan kemungkinan tersebut. Menyangkal merupakan salah satu mekanisme koping yang sering dipilih. Merasa bahwa diagnosis tersebut salah, merasa dibohongi oleh tenaga medis merupakan beberapa contoh penyangkalan yang dapat terjadi. Hal ini dapat dimaklumi karena efek dari kejadian yang cukup besar pada kehidupan seseorang. Memberikan diri sendiri waktu untuk mencerna secara perlahan menjadi poin penting dalam membantu melewati masa ini.
- Marah
Marah merupakan salah satu emosi yang muncul ketika seseorang mengakui bahwa ia menderita kanker. Mempertanyakan mengapa ia yang dipilih Sang Pencipta untuk mengalami hal tersebut, merasa ditinggalkan dan protes terhadap-Nya, menjadi bentuk dari emosi yang muncul. Tidak jarang rasa marah ini juga dilampiaskan ke diri sendiri atau orang sekitar. Pastikan bahwa penderita tidak melakukan hal yang berbahaya.
- Proses Menawar
Menawar kepada Sang Pencipta akan jadi manusia yang lebih baik jika disembuhkan, atau mulai berandai dengan “Seandainya semua lebih cepat, pasti tidak akan jadi begini”, merupakan salah satu contoh dari tahap ini. Tidak hanya dilakukan oleh penderita, proses tawar-menawar ini juga acap kali dilakukan oleh keluarga.
- Depresi
Perasaan terpuruk akan kondisinya tidak jarang diwujudkan dengan perasaan pesimis, sedih, menarik diri, tidak bersemangat, dan mudah lelah. Meski ini merupakan salah satu tahap yang harus dihadapi, jika seseorang tidak dapat melewati tahap ini dan cenderung mengganggu kehidupan ataupun proses perawatannya, maka dapat dipertimbangkan untuk konsultasi dengan tenaga profesional kesehatan jiwa.
- Penerimaan
Seseorang akhirnya memahami dan menerima kondisinya. Meski mereka menghadapi kondisi yang tidak baik-baik saja, mereka mendapatkan tujuan dan makna kembali akan hidup yang dijalani.
Meski disebut sebagai 5 tahap berduka, semua tahap ini tidak selalu harus berurutan ataupun dialami seluruhnya. Bisa saja seseorang mengalami beberapa tahap saja, atau tidak berurutan, atau sudah mencapai tahap tertentu kemudian kembali ke tahap sebelumnya. Hal tersebut tidak masalah.