Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penggunaan Gadget pada Anak, Bagaimana Dampaknya?

26 Juni 2024   16:24 Diperbarui: 27 Juni 2024   21:02 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan gadget atau gawai kian meningkat, tidak hanya pada kelompok berusia produktif, namun meluas kepada anak. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018, 60,8% pengguna internet merupakan kelompok berusia 5-19 tahun. Penggunaan gawai saat ini sudah  merupakan gaya hidup terlebih sejak pandemi Covid-19 dimana proses pendidikan dijalankan secara daring. Tidak hanya itu,  orang tua juga seringkali memberikan gawai pada anak usia dini, terutama dibawah 5 tahun, untuk menenangkan anak. Lalu, bagaimana dampak pemberian gawai pada anak?

Apa dampak dari penggunaan gawai pada anak dan remaja?

Penggunaan gawai dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif bagi tumbuh kembang seorang anak. Beberapa dampak positif dari penggunaan gawai yakni

  • Perkembangan ketrampilan motorik

Penggunaan gawai dapat membantu anak melatih ketrampilan motorik terutama motorik halus. Ketrampilan motorik halus ini terutama berhubungan dengan gerakan pada pergelangan tangan dan jari tangan.  Anak dapat belajar lebih baik dalam mengoordinasikan gerakan dan menggunakan tangan mereka lebih efisien.

  • Pengetahuan meningkat

Akses informasi yang lebih mudah serta perkembangan aplikasi yang membantu dalam proses belajar seorang anak menjadi kelebihan dari penggunaan gawai. Berbagai macam gambar, warna dan tulisan dapat diakses dengan mudah

  • Peningkatan ketrampilan kognitif

Ketika anak bermain melalui aplikasi, kemampuan mencerna informasi, mengingat, penalaran sederhana, serta komunikasi ikut diasah. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa permainan aplikasi di gawai juga ikut meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, kemampuan investigasi serta berpikir strategis. Penggunaan gawai juga lebih menarik bagi anak untuk bermain dan belajar terutama dari tampilan visual.  

  • Meningkatkan kemampuan berkompetisi

Adanya menang dan kalah saat bermain, mengajarkan anak mengenai usaha dan perjuangan untuk mencapai apa yang diinginkan.

Seperti pisau bermata dua, penggunaan gawai tidak lepas dari dampak negatif yang perlu menjadi perhatian bagi orang tua. Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pemakaian gawai yang berlebihan seperti

  • Mempengaruhi kesehatan fisik

Postur tubuh dan kurangnya aktivitas fisik saat menggunakan gawai dapat menjadi faktor risiko dari masalah tulang belakang serta obesitas (kegemukan). Jika anak diberikan makan sambil bermain gawai, juga meningkatkan risiko asupan makanan tidak normal karena anak sibuk memperhatikan gawai. Penggunaan gawai yang terlalu sering atau dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kelelahan mata, mata tidak nyaman, nyeri serta meningkatkan risiko mata minus (rabun jauh atau miopia).

  • Keterlambatan bicara dan bahasa

Kemampuan berbicara dan berbahasa seorang anak diasah melalui interaksi dan komunikasi dengan orang di sekitar mereka. Jika anak lebih banyak meluangkan waktu untuk menggunakan gawai, maka waktu yang digunakan untuk belajar berbicara dan berbahasa menjadi berkurang. Studi menyebutkan setiap 30 menit peningkatan penggunaan gawai, akan meningkatkan risiko keterlambatan bicara sebesar 49%. Risiko akan semakin meningkat pada usia dini (6 bulan-2 tahun) terutama dengan durasi yang lama.

Kemudian, seiring dengan kebiasaan menggunakan gadget dalam waktu yang lama, akan menyebabkan seorang anak tidak peka terhadap keadaan sekitar dan meningkatkan risiko perilaku yang agresif. Lebih jauh lagi, perkembangan kemampuan komunikasi juga ikut terganggu.    

  • Gangguan pemusatan perhatian

Penelitian menemukan bahwa penggunaan gawai dapat meningkatkan risiko gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai ADHD). Anak cenderung sulit konsentrasi maupun fokus, gelisah, sulit mengendalikan perilaku yang tidak sesuai serta hiperaktif.  Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas anak baik di rumah maupun di sekolah.

  • Kecemasan

Ketakutan akan masa depan seringkali menjadi masalah akibat dari penggunaan gawai yang berlebihan. Anak dapat merasa gemetar, dada berdegup kencang, gugup, malu, atau ketakutan. Tidak jarang menyebabkan anak menghindari tempat, orang atau aktivitas tertentu. 

Anak cenderung lebih memilih beraktivitas dengan gawai mereka dan marah atau bersikap agresif ketika gawainya diambil. Tanda-tanda ini perlu diwaspadai oleh orang tua. Selain itu, penggunaan gawai berlebihan juga meningkatkan risiko depresi pada anak.

  • Kecanduan

Penggunaan gawai seringkali merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi seorang anak. Aktivitas ini menimbulkan peningkatan dopamine yang berlebihan yang dapat mengganggu fungsi kerja otak seorang anak. Akibatnya anak menunjukkan peningkatan waktu menggunakan gawai, cemas atau gelisah jika dijauhkan dari gawai, dan seringkali mengorbankan aktivitas lain demi bermain gawai.

Apa yang perlu dilakukan?

Oleh karena perkembangan otak yang belum sempurna pada masa anak hingga remaja, kelompok ini belum mampu menimbang penggunaan gawai dengan bijak. 

Selain itu, gawai seringkali dijadikan sebagai hiburan maupun pelarian dari masalah atau kesedihan yang sedang dialami. Pengawasan dan pendampingan orang tua menjadi penting untuk menjaga penggunaan gawai anak agar tetap bermanfaat. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua

  • Orang tua sebagai teladan bagi anak

Anak-anak lebih mudah meniru perilaku orang tuanya dibandingkan sekedar diberitahu ataupun dinasihati.  Jika anak dilarang menggunakan gawai namun perilaku orang tua tidak sesuai, maka anak akan tetap menggunakan gawai. Sebisa mungkin kurangi waktu menggunakan gawai di depan anak. Jika harus menggunakan gawai, bimbing anak tentang penggunaan gawai yang benar sehingga waktu anda juga dapat membentuk interaksi dan hubungan yang baik dengan anak.

  • Batasi penggunaan gawai

Pembatasan penggunaan gawai ini sebaiknya tidak hanya diterapkan bagi anak, namun juga bagi orang tua terutama saat bersama anak. Menetapkan area bebas gawai saat berkumpul bersama keluarga misalnya di area makan perlu diupayakan. Kemudian, perlu ditetapkan jadwal dan batasan waktu agar anak tetap dapat bertanggung jawab terhadap tugas sekolah atau rumah mereka. Senantiasa bersama anak saat penggunaan gawai amat membantu untuk mengawasi dan berdiskusi mengenai aplikasi atau konten yang digunakan. Jumlah gawai juga perlu dibatasi pada anak.

  • Ajak anak beraktivitas non digital lain

Orang tua dapat mengajak anak untuk berwisata maupun berpiknik di luar rumah maupun ke alam sambil belajar dan meningkatkan kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, melibatkan anak dalam aktivitas di rumah seperti membuat kue bersama, cuci piring bersama juga dapat membantu anak melupakan gawai dan mendapatkan pengalaman bersama orang tuanya. Mengajak anak melakukan aktivitas non-digital sangat penting untuk membantu anak mengalihkan perhatiannya dari gawai. Selain meningkatkan interaksi dengan orang dan lingkungan sekitar, juga dapat membantu anak untuk belajar bertanggung jawab

  • Ajari anak menggunakan gawai yang bertanggung jawab

Ketika sedang mendampingi anak menggunakan gawai, jangan lupa menjadikan aktivitas tersebut sebagai suatu proses belajar dengan anak. Jaga komunikasi dengan anak seperti dengan berdiskusi mengenai konten yang digunakan, mengajarkan tentang nilai-nilai dan moral yang baik. Ajarkan anak ketrampilan dan pengetahuan baru melalui teknologi tersebut sehingga anak dapat tetap berkreasi dan produktif dengan aktivitas mereka. Menambahkan tantangan untuk berkreasi dapat  memacu semangat mereka untuk belajar.

WHO merekomendasikan batasan waktu penggunaan gawai bagi anak berusia 0-5 tahun. Menurut WHO anak berusia dibawah 1 tahun tidak memerlukan screen time. Pada anak berusia 2-5 tahun, screen time hanya dibatasi maksimal 1 jam sehari dengan semakin sedikit paparan semakin baik. 

Sedangkan untuk anak berusia di atas 5 tahun dan usia membaca, dibatasi 2-3 jam sehari. Penting bagi anak-anak untuk didorong beraktivitas fisik aktif dibandingkan sedenter seperti saat bermain gawai. Selain itu, mengingat penggunaan gawai dapat mengganggu waktu tidur, maka sebaiknya gawai tidak digunakan saat menjelang tidur agar mendapatkan kualitas tidur yang baik. Hindari penggunaan gawai terutama 30 menit-1 jam sebelum tidur.  

Anak dan remaja merupakan kelompok yang amat sangat penting di masyarakat karena merupakan generasi penerus. Kesehatan mereka baik fisik maupun mental perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsi hidup bermasyarakat dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun