Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stres dan GERD, Apa Hubungannya?

29 Mei 2024   12:12 Diperbarui: 31 Mei 2024   14:50 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: istockphoto.com

Pernahkah mendengar bahwa kesehatan mental dapat berkontribusi dalam masalah kesehatan lambung? Masalah kesehatan lambung, salah satunya yakni Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan penyakit lambung yang sering menyebabkan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Meskipun bukan faktor utama, stres kerap kali menjadi pencetus dan meningkatkan keparahan penyakit ini. Oleh karena itu, stres sekali lagi menjadi penyebab yang tidak dapat diabaikan.  

Sekilas tentang GERD 

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) aliran balik isi lambung kembali ke esofagus atau kerongkongan. Oleh karena mengandung asam lambung, aliran balik ini dapat mengiritasi permukaan kerongkongan. Seseorang dapat mengalami rasa terbakar di dada terutama setelah makan atau saat tidur oleh karena adanya aliran balik tersebut. Selain itu, nyeri perut di ulu hati ataupun dada, rasa begah, bersendawa, rasa tidak nyaman saat menelan juga dapat dirasakan. Kegemukan (obesitas), kebiasaan tidur setelah makan, pola diet tertentu, merokok, konsumsi alkohol, stres dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko GERD.

Hubungan antara kesehatan mental dengan GERD

Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara kesehatan mental dengan GERD. "Jaras otak-pencernaan" merupakan jembatan komunikasi antara kedua sistem ini. Stres psikologis yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan perubahan struktur jaringan dari permukaan saluran cerna terutama kerongkongan sehingga lebih sensitif. Gerakan kerongkongan juga dapat terganggu dan kerja otot yang membatasi antara lambung dan kerongkongan menjadi melemah sehingga memudahkan perpindahan isi lambung kembali ke tenggorokan. Sistem respon saraf meningkat akibat stres. Mekanisme ini saling berperan dalam timbul nyeri perut ataupun rasa terbakar di dada seperti yang umum dirasakan.

Tidak hanya stres  psikologis yang dapat menyebabkan GERD, namun dapat juga sebaliknya. Adanya iritasi asam dapat menyebabkan gangguan tidur sehingga menyebabkan cemas dan ketegangan. Selain itu, reaksi inflamasi atau peradangan pada permukaan kerongkongan dapat memicu ujung saraf sehingga menimbulkan nyeri. Baik nyeri maupun reaksi inflamasi pada saluran cerna terutama yang bersifat kronis atau lama dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan mental terutama cemas dan depresi.

Bagaimana cara mengatasinya?

Tentunya keduanya perlu dikelola dengan baik. Jika mengalami GERD, berkonsultasi dengan dokter perlu dilakukan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Tidak jarang, jika GERD tidak kunjung sembuh, dokter dapat mengarahkan untuk pemeriksaan penunjang lain seperti USG dan endoskopi. Selain dengan obat, perubahan gaya hidup juga penting untuk membantu menunjang penyembuhan seperti

  • Frekuensi makan yang sedikit namun sering. Tidak perlu memaksa makan dalam jumlah besar dalam 1 waktu. Porsi terbagi lebih mudah dicerna dan mencegah produksi asam berlebihan. Seringkali seseorang tidak punya waktu makan akibat kondisi pekerjaan sehingga konsumsi snack seperti biskuit juga dapat membantu.
  • Hindari jenis makanan tertentu terutama yang berkarbonasi dan berkafein.
  • Hentikan kebiasaan merokok
  • Jaga berat badan dalam rentang berat badan ideal
  • Hindari kebiasaan makan terlalu malam ataupun tidur setelah makan. Beri jarak 2-3 jam sebelum beristirahat dengan konsumsi makanan terakhir
  • Kelola stres

Stres sendiri bisa menjadi pemicu dari gejala GERD serta menjadi akibat dari penyakit ini,  terutama yang bersifat kronis ataupun ada nyeri kronis yang menyertai. Apapun mekanismenya, stres tetap harus dikelola agar tidak memperberat ataupun menjadi kondisi yang lebih berat seperti cemas atau depresi. Selain dengan perubahan pola hidup seperti pada GERD, olahraga, cukup tidur juga diperlukan dalam mengelola stres.  Beberapa hal lain yang dapat dilakukan yakni

  • Berhenti sejenak dari kesibukan dan melakukan hal yang disukai
  • Relaksasi dengan yoga, meditasi, atau latihan nafas
  • Berkumpul bersama orang terdekat

Jika memang stres dirasa sulit dihadapi apalagi mempengaruhi fungsi kehidupan sehari-hari, menghubungi tenaga professional baik psikiater dan psikolog sangat direkomendasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun