Mohon tunggu...
Humaniora

Bersahabat dengan Stres di Tempat Kerja

17 Januari 2016   21:07 Diperbarui: 17 Januari 2016   21:19 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh para pekerja di kota besar. Masyarakat pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta sebagian besar merupakan urbanis dan industrialis yang selalu disibukkan dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan peran di tempat kerja yang semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain, beban kerja yang berlebihan, dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stres menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. 

Ada beberapa hal yang bisa memicu terjadinya stres kerja, salah satunya faktor organisasi. Atasan yang terlalu galak dan tidak mentolerir bentuk kesalahan sekecil apapun, pekerjaan yang terlalu monoton, teman seperkantoran yang licik dan manipulatif, klien yang banyak maunya, beban kerja banyak dengan waktu istirahat yang minim merupakan sedikit contoh.

Sebagai manusia, karyawan tentu mempunyai limit kesabaran yang berbeda-beda. Ada yang sudah biasa menghadapi masalah-masalah yang disebutkan diatas sehingga itu membuat karyawan tersebut menjadi pribadi yang lebih tahan banting serta melatih pola pikirnya, dapat menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri agar terhindar dari stres dan apabila dia menghadapi masalah tersebut dengan benar, maka hal itu bisa menjadikan motivasi kerja.

Bagaimana dengan yang belum terbiasa? Kondisi lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, adanya konflik internal maupun eksternal dan terbengkalainya tugas sehingga tidak tepat waktu deadline. Selain itu, tak jarang karyawan akan mengalami peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir yang tidak jernih dan kondisi fisik yang mudah sakit sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas dan mungkin akan berdampak fatal bagi jenjang karirnya. Masih mending apabila ia hanya diberikan surat peringatan. Apabila ia sampai turun jabatan atau dipecat, bahaya kan?

Bagaimana cara menurunkan tingkat stres? Manajemen kantor tidak cukup dengan hanya memberikan jatah libur. Lingkungan kantor pun harus mempunyai keadaan yang mendukung untuk meminimalisasi tingkat kejenuhan dan rasa stres pada pekerjanya. Google, Buzzfeed, Kaskus, adalah contoh kecil yang memiliki kantor yang didesain sedemikian rupa agar karyawannya tidak terlalu stres. Ketiga kantor tersebut menyediakan game room yang berisi beberapa mainan dan konsol game untuk dimainkan oleh karyawannya. Selain itu, mungkin bisa diadakan beberapa kegiatan rutin yang jadwalnya sudah ditentukan, seperti: membawa hewan peliharaan (atau pihak kantor bisa mengadopsi beberapa kucing atau anjing), membawa anak balitanya, berpakaian bebas (tidak formal, asal rapi), membuat game atau acara apabila target kantor tercapai. Selain mencegah karyawan yang terlalu stres, itu bisa menambah semangat kerja mereka.

Menurut saya, hal tersebut di atas sangat efektif dalam menurunkan tingkat stres dalam lingkungan kerja. Pendapat saya pun diperkuat oleh Iman Sjafei, yang dalam profil ask.fm-nya (@imanlagi) meng-update; “Untuk mengurangi stress di kantor, board of director memutuskan untuk mengangkat seekor hewan peliharaan. Kucing. Dan seusai rapat direksi barusan, kucing ini kami beri nama: 'Monyet'. Jadi kalau lagi stress kerja dan ada yg mengumpat teriak "MONYET!", nah kami harapkan si Monyet datang ke yang stress dan ndusel2. Dipastikan stress akan hilang” atau seperti yang ditunjukkan pada sebuah video yang diupload ke youtube dengan judul ”Kitten Therapy: The Prescription for Stress”

Nah, solusi dari kantor sudah ada. Bagaimana dengan kemampuan diri sendiri dalam mengurangi tingkatan stres akibat kerja? Maksimalkan jatah liburmu dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang dapat membangkitkan mood bekerja. Apabila kamu seorang extrovert, gunakan waktu luangmu untuk bersosialisasi sebanyak-banyaknya. Get lost around the city, bertemu dengan teman-teman atau keluarga, mencoba hal-hal baru atau liburan bersama orang tersayang. Kalau kamu adalah seorang introvert sejati, beristirahat di rumah sambil memakan snack kesukaanmu dan menonton film atau series berjam-jam lamanya, membeli buku baru dan membacanya di coffee shop terdekat, bermain video game atau sekedar berseluncur di internet.

Apabila karyawan dihadapkan oleh stres, maka faktor penyebab stres harus dihilangkan. Cara karyawan dalam menghadapi stres juga bervariasi, tergantung kepribadiannya. Ada yang marah-marah sambil menangis ketika stres, ada juga yang santai sambil bernyanyi-nyanyi. Bos terlalu galak? Berusahalah mengambil hatinya dengan mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan rapi. Teman seperkantoran yang licik dan manipulatif atau ada yang iri? Berusahalah untuk bersikap bodo amat selama orang tersebut tidak membuat kamu rugi. Intinya, selalu bersikap tenang ketika stres datang agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun